Sabtu, 26 Mei 2012

Keselamatan Dalam Al-Quran Dan Injil

Setiap umat beragama berlomba mencari keselamatan. Segala usaha dilakukan agar dapat memperoleh keselamatan. Al-Quran dan Injil memberi beberapa pandangan bagaimana seseorang dapat memperoleh keselamatan.
Pertama – Mencari Jalan Lurus
Jalan yang lurus jelas lebih baik bagi seorang pengendara dibanding jalan yang berliku. Demikian halnya dengan seseorang yang ingin diselamatkan. Dia perlu mencari jalan lurus itu. “Tunjukilah kami jalan yang lurus” (Qs 1:6).
Dimanakah “Jalan Lurus” itu dapat ditemukan? “Aku [Allah] hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh . . . . .” (Taurat, Mazmur 32:8)
Kedua – Mengetahui Pribadi Isa Al-Masih
Mengapa harus Isa Al-Masih? Mengapa bukan Muhammad, Musa, atau nabi lain? Bila kita menelusuri Al-Quran, tidak sedikit ayat-ayat yang membahas tentang Isa Al-Masih. Malahan ada gelar yang diberikan kepada-Nya yang tidak dimiliki oleh siapapun.
Al-Quran bersaksi, hanya Isa Al-Masih lahir dari seorang perawan (Qs 19:16-34; Injil, Rasul Matius 1:18). Dia disebut “seorang anak laki-laki yang suci” (Qs 19:19; Injil, Kisah Para Rasul 4:30). Ia diberi gelar “Kalimat Allah” (Qs 3:35, 39; Injil, Rasul Yohanes 1:1). Dialah Yang Mulia dan Yang Lama dinubuatkan yaitu “Al-Masih” (Qs 4:171; Injil, Lukas 24:25-27).
Hanya Isa Al-Masih merupakan “Tiupan Roh dari Allah” (Qs 4:171; Injil, Surat Filipi 1:19). Ia diberi kehormatan: “Seorang terkemuka di dunia dan di akhirat” (Qs 3:45; Injil, Surat Filipi 2:9-11). Ia dijadikan oleh Allah menjadi “suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami“ (Qs 19:21; Injil, Lukas 2:34; Injil, Surat Ibrani 2:17; Injil, Surat Titus 3:5).
Hanya Isa Al-Masih yang unik di dalam kuasa-Nya untuk mengerjakan mujizat. Ia menyembuhkan orang buta, orang sopak, menghidupkan orang mati, memberi hidangan dari langit (Qs 3:39; 5:114; Injil, Rasul Matius 11:2-6).
Hanya Isa Al-Masih yang sekarang sudah pasti berada di surga (Qs 3:55; Injil, Kisah Para Rasul 1:9-11). Dia akan kembali dari surga sebagai hakim pada hari kiamat (Qs 43:69; Injil, Wahyu Rasul Yohanes 1:5-8).
Demikianlah Al-Quran dan Injil menyatakan Pribadi Isa Al-Masih. Maka, bagi seseorang yang ingin menemukan “Jalan Lurus”, sudah seharusnya mengetahui lebih lagi Pribadi Isa Al-Masih.
Ketiga – Memperhatikan Isi Injil
Seseorang yang benar-benar rindu ingin menemukan “Jalan Lurus”, wajib memperhatikan isi Injil. Injil adalah Kabar Baik yang dibawa Isa Al-Masih.
Qs 10:94 berkata, "Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu [yaitu pengikut Isa Al-Masih]. . . . ."
". . . Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada . . . . ‘Isa [Al-Masih] . . . . ." (Qs 3:84).
"Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya . . . ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci" (Injil, I Korintus 15:2-4).
"Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi dibangkitkan menurut Roh" (Injil, 1 Petrus 3:18).
Keempat – Percaya Akan Sifat Allah r-Rahmani r-Rahim (Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang)
Al-Fatihah menggambarkan sifat Allah yang dominan, yaitu: Bismillahi r-rahmani r-rahim” (Qs 1:1).
Seseorang yang sungguh ingin menerima Keselamatan harus mengerti bahwa Allah adalah Maha Penyayang. Allah berkeinginan untuk membawa manusia kembali pada Keilahian-Nya. Hal ini hanya dapat tercapai melalui kedatangan Kalimat-Nya ke dunia sebagai tanda bagi manusia.
". . . Tuhanmu berfirman: ’Hal itu adalah mudah bagi-Ku [mengatur kelahiran Isa Al-Masih tanpa Maryam berhubungan dengan seorang laki]; dan agar dapat Kami menjadikannya [kelahiran Isa Al-Masih] suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat [Isa Al-Masih] dari Kami . . . ’" (Qs 19:21).
Bentuk dari kasih Allah telah dinyatakan dalam diri Isa Al-Masih, karena, “. . . Dia [Isa Al-Masih] telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya . . .” (Injil, Surat Titus 3:5).
Kelima – Mengerti Arti Pengorbanan Anak Ibrahim
Setiap perayaan Idul Adha, umat Muslim memberikan kurban. Sayangnya tidak sedikit diantara mereka yang masih kurang mengerti makna dari kurban tersebut. Seorang yang sungguh ingin menemukan “Jalan Lurus” wajib mengetahui dengan benar makna pengorbanan anak Ibrahim.
“...Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; ...". Tatkala keduanya telah berserahdiri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis-(nya) ... [Allah] panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu ... Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan [kambing] yang besar [noble, mulia]" (Qs 102-107).
Adakah hubungan korban sembelihan Ibrahim dengan Isa Al-Masih? Perhatikanlah ayat berikut ini, dalam Injil, Rasul Besar Yohanes 1:29. Nabi Yahya Pembaptis berkata, "Lihatlah Anak Domba Allah [Isa Al-Masih], yang menghapus dosa dunia". Isa Al-Masih datang ke dunia menjadi tebusan bagi setiap orang (Injil, Rasul Matius 20:28). Sebab Dia telah mati karena dosa-dosa manusia (Injil, I Korintus 15:3).
Dia telah mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa manusia (Injil, Surat Ibrani 9:28). Dia sendiri telah memikul dosa manusia di kayu salib (Injil, Surat I Petrus 2:24). Kematian-Nya hanya satu kali untuk segala dosa manusia (Injil, Surat I Petrus 3:18).
Isa Al-Masih adalah korban Eid yang Allah berikan untuk dihukum ganti manusia. Melalui Dia manusia dapat menerima pengampunan dosa dan keselamatan kekal.
Keenam – Berdoa dan Menyerahkan Setiap Dosa Pada Korban Allah (Isa Al-Masih)
Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah, percaya sepenuhnya pada pengorbanan Isa Al-Masih di kayu salib. Berdoa dengan khidmat kepada-Nya agar setiap dosa-dosa saudara diampuni. Akuilah dosa-dosa Saudara satu per satu kepada Allah. Berjanjilah untuk bertobat dari dosa-dosa tersebut.
Mintalah Isa Al-Masih membersihkan dosa-dosa Saudara dengan darah-Nya yang ditumpahkan di kayu salib. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia [Allah] adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita [dengan darah tumpahan Isa Al Masih] dari segala kejahatan" (Injil, Surat I Yohanes 1:9).
Dalam doa mengaku dengan sungguh bahwa Saudara menerima Isa Al-Masih sebagai satu-satunya Juruselamat. “Tunjukilah kami jalan yang lurus” (Qs 1:6). “Kata Yesus [Isa] ... 'Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Mintalah agar Dia memberi hidup yang kekal kepada Saudara. "... Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya ..." (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:28).
Bila Saudara melakukan enam hal di atas, dan berdoa dengan sungguh kepada Allah dalam Isa Al-Masih, kami yakin saudara akan menemukan apa yang selama ini saudara cari, “Jalan Lurus”, yaitu “Jalan Keselamatan.”http://www.isadanislam.com
Chinatsu Hayasida mainsite
Muslims for Christ

SEPULUH MUJIZAT KRISTUS DI DALAM Al QUR'AN

Mujizat-mujizat Kristus – tanda misi ilahi-Nya?
Muhammad ingin membawa orang-orang Kristen di Semenanjung Arabia untuk menjadi Islam. Jadi ia menyaksikan kepada mereka apa yang didengarnya tentang Yesus dari para budak Kristen, dari utusan gereja-gereja di Yaman Utara, dari para pengembara dari Etiopia, dan dari sahabat-sahabat Hanifnya, sekarang orang-orang Kristen. Muhammad sangat terkesan dengan Putera Maryam dan segala mujizatnya. Ia menyadari bahwa mujizat ini melebihi kuasa manusia dan karena itu ia menganggap hal itu sebagai bukti (bayyinaat) dari otoritas keilahian-Nya (Surat al-Baqara 2:87, 253; al-Ma'ida 5:110; al-Zukhruf 43:63; al-Saff 61:6).

Muhammad menyebutkan sembilan mujizat yang dilakukan Musa di Mesir, yang disebutnya juga sebagai bukti (Surat al-Isra' 17:101; lihat juga Surat al-Baqara 2:92; al-Qasas 28:36; al-'Ankabut 29:39). Tetapi mujizat-mujizat yang dilakukan Musa adalah serangkaian hukuman oleh Allah yang diturunkan kepada Mesir supaya mereka melepaskan anak-anak Yakub yang mereka perbudak. Mujzat Yesus di dalam Al-Qur'an, justru, muncul secara positif sebagai berkat-berkat dari Allah untuk membawa bangsa Israel percaya dan taat kepada Isa.
Muhammad memiliki kekurangan di dalam keadaan bahwa ia sendiri tidak bisa melakukan mujizat baik yang positif maupun yang negatif. Ia tidak bisa memahami mengapa orang Yahudi begitu keras hati dan tidak mau menerima bukti yang sangat nyata tentang Putera Maryam, dan justru menolak serta membenci-Nya.


Bukti-bukti mengenai Kristus (bayyinaat)
● Dalam Surat al-Baqara kita membaca bahwa Isa tidak bisa melakukan mujizat tanpa pertolongan dari Rohulqudus (Surat al-Baqara 2:87). Muhammad membayangkan bahwa Allah mengutus Jibril (Gabriel) untuk menguatkan Putera Maryam supaya ia bisa melakukan mujizat-mujizat besar. Muhammad mengatakan di dalam pernyataannya itu bahwa Yesus tidak bisa melakukan mujizat sendiri. Untuk melakukannya Ia membutuhkan pertolongan utusan Allah, yang disebutnya sebagai Rohulqudus.
Nama itu sering secara salah disamakan dengan “Roh Kudus.” Di dalam Al-Qur'an Allah sendirilah yang disebut “Kudus”, dan roh itu hanyalah hamba-Nya. Roh dari Yang Kudus tidak kudus daridirinya sendiri dan tidak memiliki hakekat ilahi. Ia hanyalah ciptaan dari Yang Mahakuasa. Roh di dalam Al-Qur'an ini jangan sampai disamakan dengan Roh Kudus yang ada di dalam Alkitab, meskipun Muhammad menganggap bahwa roh dari yang Mahakudus itu sama dengan Roh Kudus yang sesungguhnya yang menguatkan Putera Maryam. Jadi Muhammad kelihatannya memiliki pengakuan secara tidak langsung akan kesatuan dari Tritunggal yang Kudus, karena di dalam Al-Qur'an ketiganya – Allah, Roh-Nya dan Kristus – bersama-sama mendakan mujizat!
Muhammad tidak bisa memahami mengapa orang Yahudi selalu menolak bukti-bukti dari utusan-utusan Allah, dan bahkan menyebut mereka sebagai pendusta dan bahkan membunuh beberapa di antara mereka (Surat al-Baqara 2:87)!

● Dalam Surat yang sama (al-Baqara 2:253) Muhammad mengakui bahwa ada perbedaaan-perbedaan yang sangat mendasar di antara utusan-utusan Allah. Ia lebih menyukai yang satu dibandingkan yang lain dan kemudian memberikan kepadanya kedudukan yang lebih tinggi. Kepada Musa Ia berbicara secara langsung, yang tidak dilakukannya kepada Muhammad. Muhammad menerima yang disebut sebagai wahyunya melalui suatu roh yang tidak dikenal, yang kemudian disebut Jibril. Muhammad sendiri tidak pernah melihat Allah, atau mendengar suara-Nya! Ia tidak memiliki kontak pribadi dengan Allah.
Menurut Al-Qur'an, Allah menempatkan Putera Maryam dalam kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Musa, karena Ia memberikan kepada Putera Maryam bukti-bukti khusus (bayyinaat) dengan menguatkan dia dengan rohulqudus. Muhammad menggelengkan kepalanya atas pertentangan yang keras antara orang Yahudi dengan orang Kristen dan atas perpecahan di antara mereka meski memiliki hak yang sangat istimewa itu (Surat al-Baqara 2:253). Ia menganggap bahwa pertentangan sebagai penentuan yang bijaksana dari Allah yang membuat Islam sebagai kekuatan ketiga akan muncul sebagai pemenang atas kedua kelompok yang bertikai itu. Muhammad tidak menyadari bahwa Anak Allah yang tersalib itu serta karya pembenaran atas orang-orang berdosa, yang tidak didasarkan kepada perbuatan baik, adalah alasan yang paling utama terjadinya pertentangan antara orang Yahudi dengan orang Kristen. Orang Muslim dan orang Yahudi lebih memiliki kedekatan kesamaan dibandingkan dengan orang Kristen dengan orang Muslim!

● Dalam Surat al-Ma'ida kita membaca empat penjelasan yang diberikan Allah langsung kepada Kristus di dalam Al-Qur'an (Surat al-Ma'ida 5:110). Ia mengatakan, “Ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu ketika Aku menguatkan engkau dengan Ruhul Qudus.” Kemudian diikuti dengan daftar beberapa mujizat yang dilakukan Kristus yang kemudian berujung kepada penjelasan bahwa Allah menghalangi bangsa Israel mendatangi Isa, sehingga mereka tidak bisa membunuh dia, meskipun ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas (bayyinaat). Tetapi mereka membenci dia dan mengatakan, “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata!”
Dalam ayat ini Kristus sekali lagi muncul sebagai tokoh yang sudah diberi dan ditolong oleh roh Allah. Hal ini membuktikan bahwa di dalam Al-Qur'an Putera Maryam tidak memiliki di dalam dirinya hakekat atau kemampuan ilahi. Pada saat yang sama, bagaimanapun, Muhammad mengakui tidak bisa ditirunya mujizat-mujizat Isa dan menyebut semuanya itu bukti untuk kuasanya, yang diberikan oleh Allah. Muhammad tidak bisa memahami kerendahan hati Kristus, ketika Ia menyangkal dirinya dan memberikan semua kehormatan kepada Bapa, dan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” (Yohanes 5:19).
● Dalam Surat al-Zukhruf kita membaca sebuah penjelasan yang khas timur mengenai bukti yang dimiliki Kristus (Surat al-Zukhruf 43:63): Ia datang kepada orang Yahudi dengan “hikmah” untuk bisa membuka mata mereka kepada alasan dari kritik dan ketidaksetujuan mereka semua. Mungkin Muhammad pernah mendengar pengajaran yang diajarkan Yesus di dalam Matius 7:1-28 melalui tradisi lisan, dan menjelaskan perkataan Kristus itu sebagai suatu usaha untuk memperdamaikan kelompok-kelompok yang bertikai. Dengan cara ini Isa menuntut ketaatan tanpa syarat dan ketundukan mereka kepada perintah-perintahnya.
● Menurut Surat al-Saff, Isa datang kepada bangsa Israel untuk membenarkan bahwa Taurat tidaklah dipalsukan (Surat al-Saff 61:6). Ini adalah penjelasan yang sangat khusus kepada kita tentang tujuan kedatangan Isa yang memberikan kepada kita kesempatan untuk membuktikan kepada orang Muslim bahwa Alkitab tidak dibelokkan, karena, menurut Al-Qur'an sendiri, tugas pertama Kristus adalah membenarkan atau menegaskan ketidakbersalahan Taurat.
Namun, tujuan yang paling utama dari kedatangan Isa, maksud yang paling akhir dari semua mujizatnya, menurut Al-Qur'an, adalah adanya suatu janji yang dinyatakan oleh Putera Maryam bahwa sesudah dia akan datang seorang utusan Allah yang sangat terpuji. Dengan nubuat ini Muhammad menaruh peristiwa kedatangannya sendiri ke bibir Isa! Sejak itu, orang Muslim sudah berusaha menyelidiki Alkitab untuk menemukan nama Muhammad yang tersembunyi, yang secara literal berarti “Dia yang Terpuji.” Beberapa penafsir Muslim mengajarkan bahwa Muhammad adalah Parakletos yang dijanjikan, Roh Penghibur itu. Untuk membuat kata dalam bahasa Yunani ini cocok dengan Muhammad, orang Muslim mengubahkan huruf hidup dari kata Parakletos menjadi Periklytos, yang berarti “Dia Yang Sangat Terhormat.” Sebagai akibatnya orang Muslim menuduh orang Kristen sudah menutupi atau memalsukan nubuat dari Isa tentang Muhammad di dalam Alkitab, atau bahkan menghapus namanya dari dalam Alkitab,
Tanda-tanda ajaib Isa dan Muhammad ('aayaat)
Di dalam tiga ayat Al-Qur'an mujizat-mujizat Yesus disebut sebagai tanda ('aayaat) dari missi ilahinya (Surat Āl 'Imran 3:49.50; al-Ma'ida 5:114). Kata yang dipakai Muhammad untuk hal ini juga bisa dilihat di dalam Injil Yohanes untuk menyebut tentang mujizat-mujizat Yesus. Di sana kita bisa membaca, “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya.” (Yohanes 2:11-12). Banyak orang percaya kepada nama-Nya ketika mereka melihat tanda-tanda-Nya yang dilakukan-Nya (Yohanes 2:23). Ketika Ia menyembuhkan anak seorang pegawai istana dari jauh, Yohanes menyebut hal itu juga sebagai tanda yang dilakukan-Nya (Yohanes 4:54). Ketika mereka melihat tanda itu (memberi makan 5000 orang) mereka mengatakan, “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.” (Yohanes 6:14). Namun, ketika Yesus melihat mereka datang dengan bergegas untuk menjadikan diri-Nya sebagai raja, karena mujizat roti itu, Ia meninggalkan mereka.

Yesus tidak melakukan tanda-tanda mujizat-Nya dengan tujuan supata orang-orang akan percaya kepada-Nya, tetapi supaya mereka mengenal kasih-Nya, kedaulatan-Nya dan kemahakuasaan ilahi-Nya. Yesus tidak ingin orang mengikuti Dia karena mujizat-Nya, tetapi Ia menghendaki pertobatan dan pembaharuan. Yesus memperigatkan orang-orang itu dan mengatakan, “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” (Yohanes 4:48). Di dalam Injil kita membaca beberapa kali bahwa Yesus melarang mereka yang disembuhkan-Nya untuk berbicara tentang Dia yang menyembuhkan mereka (Matius 9:30; Markusus 3:12; 5:43; 7:36; Lukas 5:14; 8:56; 9:21).
Ketika Yesus dianiaya dan diancam kematian di Yerusalem, orang banyak yang hanya ingin melihat mujizat berbalik dari pada-Nya. Hanya murid-murid-Nya, yang sudah mengakui dosa-dosa mereka di hadapan Yohanes Pembaptis dan yang kesombongannya sudah diremukkan dengan pertobatan, yang tetap setia kepada Yesus. Mereka melihat kemuliaan_nya meskipun Ia sedang dianiaya dan mati di Kayu Salib. Ketika orang Yahudi mencobai Yesus dan menuntut tanda dari-Nya untuk membuktikan kedaulatan dan missi-Nya, Ia menjawab, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.!” (Yohanes 2:18-22). Dan kemudian Ia menambahkan, “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.” (Matius 12:39-40; 16:4)
Bukti-bukti dan tanda-tanda yang disebutkan oleh Muhammad tentang Isa di dalam Al-Qur'an berusaha untuk menciptakan suatu keyakinan yang sebenarnya ditolak sepenuhnya oleh Yesus! Karena itu kita tidak boleh menjelaskan tanda-tanda yang dilakukan Kristus kepada orang Muslim hanya karena semuanya itu bersifat mujizat, tetapi justru harus menekankan bahwa semuanya itu hanya menunjuk kepada kebesaran, kasih, kerendahan hati, kekudusan dan kedaularan-Nya. Yesus Kristus sendiri yang harus dimuliakan di dalam penyebutan akan mujizat-mujizat itu. Mujizat-mujizat itu bukanlah sesuatu yang mulia karena dirinya sendiri. Semua penyembuhan yang ajaib yang tidak membawa orang kepada pertobatan dan pembaharuan hidup bisa dikatakan gagal membangun iman yang dalam kepada Yesus.
1. Kristus berbicara ketika masih bayi yang baru lahir
Tiga kali kita menemukan tulisan di dalam Al-Qur'an mengenai Putera Maryam yang berbicara ketika baru lahir, masih ada di palungan. Kenyataan bahwa ia berbicara ditulis dua kali (Surat Āl 'Imran 3:46; al-Ma'ida 5:110), isi dari pembicaraannya bisa dilihat secara terperinci di dalam Surat Maryam (19:24-33).
Kisah yang sangat tidak masuk akal mengenai Isa yang baru lahir bisa berbicara secara sempurna, dijelaskan dengan cara yang berbeda oleh para penafsir Al-Qur'an. Ada yang mengatakan, Isa hanya membutuhkan beberapa menit, ada yang mengatakan beberapa jam, sampai ia bisa mengucapkan setiap kata dan kalimat tanpa salah. Otaknya sudah berkembang secara penuh sejak ia lahir, dan pengertiannya, perasaan dan kemampuan logikanya berkembang dalam waktu yang sangat singkat, paling tidak itulah yang mereka katakan.
Mengapa para penafsir Muslim percaya dan mendiskusikan fenomena yang demikian? Mereka membaca di dalam Al-Qur'an bahwa Kristus adalah “firman Allah” yang menjadimanusia. Yang Mahakuasa mengajarkan Taurat kepadanya, amsal Salomo, Injil dan Kitab yang asli di surga, sebelum ia lahir (Surat Āl 'Imran 3:48). Ia dilahirkan ke dunia dengan pengetahuan yang penuh, kepintaran dan kemampuan untuk berbicara. Ia harus menyampaikan firman Allah senantiasa sejak ia lahir sampai ia mati. Ia adalah seperti aliran wahyu yang dari Tuhannya.
Al-Qur'an menegaskan kebenaran bahwa Putera Maryam bukanlah manusia biasa, tetapi suatu roh dari Allah yang menjadi manusia. Ia turun dari lingkungan yang dekat dengan Yang Mahakekal (perhatikan bagian akhir dari Surat Āl 'Imran 3:45) dan memiliki pengetahuan yang besar dan kemampuan rohani yang melebihi semua makhluk yang lainnya.
Pernyataan-pernyataan spekulatif di dala, Al-Qur'an juga mendekati pemahaman Kristen tentang inkarnasi Anak Allah di dalam Alkitab. Tetapi di dalam Alkitab Yesus dilahirkan sebagai bayi manusia yang sesungguhnya yang dibungkus dengan kain lampin. Ibu-Nya yaitu Maria tidak pernah mengatakan kepada dokter Lukas mengenai pembicaraan yang dikatakan oleh anaknya setelah Ia dilahirkan, karena sebagai bayi Ia tidak bisa berbicara dan membutuhkan waktu untuk berkembang (Lukas 2:40-52).
Dari mana asalnya kisah khayalan ini? Di dalam kitab Injil apokripa tentang masa kanak-kanak yang ada di kalangan orang Kristen Syria dan Koptik kita bisa menemukan petunjuk untuk kisah yang demikian. Para ibu biasa menyanyikan lagu nina bobo yang berisi tentang bayi Yesus untuk membuat anak-anak mereka tidur. Sumber dari kisah tentang bayi Yesus bisa lebih jelas diketahui sekarang ini.
Muhammad mendengar kisah kanak-kanak itu dari para budan Kristen dari Syria dan Koptik dan – mempercayai kisah itu! Ia mempercayainya lebih daripada para Bapa Gereja, yang sama sekali tidak pernah mencantumkan kisah dongeng itu ke dalam kanon Alkitab, karena memang hal itu tidak pernah terjadi. Jadi Muhammad kelihatan seperti orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran, tetapi sama sekali bukan nabi. Ia tidak bisa membedakan antara dongeng dengan kenyataan.
Mengenai isi dari apa yang disebut sebagai perkataan Putera Maryam yang baru lahir itu (Surat Maryam 19:24-33) bayi itu pertama-tama ingin memberikan penghiburan kepada ibunya yang masih muda yang sudah mengandungnya tanpa menjalani pernikahan. Maria tahu bahwa dirinya bisa dirajam dengan batu. Karena itu bayi Isa yang beru lahir menghiburnya dengan berita bahwa ia baru saja melahirkan seseorang yang sangat menonjol di bawah pohon palem di padang pasir.
Dalam bahasa Arab salah satu istilah untuk orang yang luar biasa adalah suriyun, dengan bentuk jamaknya surawaa’, asriyaa' atau saraat (semua berasal dari kata dasar bahasa Arab S-R-W). Tetapi para pembaca Al-Qur'an yang cemburu mengubahkan huruf vokal dari kata itu dan makna dari kata itu menjadi “anak sungai kecil atau selokan” (yang dalam bahasa Arab adalah sariyun) kemudian dengan menarik dilahirkan kembali dari kata dasar S-R-Y membentuk kata bentuk jamak asriyat atau suryaan. Para pembaca Muslim itu menjadi marah karena Isa sebagai bayi yang baru lahir sudah memiliki tempat yang lebih tinggi dibandingkan dengan Muhammad, jadi mereka langsung saja mengubahkan huruf vokalnya dan dengan itu mengubahkan artinya juga dari ‘pribadi yang luar biasa’ menjadi ‘anak sungai’, meskipun kemudian arti dari kalimat itu menjadi sangat tidak masuk akal.
Anak yang baru lahir itu kemudian mengatakan kepada ibunya untuk menggoyang dahan pohon kurma dan membuat buah-buah yang sudah matang berjatuhan di dekatnya dan ia bisa menguatkan dirinya setelah menderita sakit melahirkan. Betapa hal itu sangat tidak masuk akal untuk orang-orang Bedouin. Beberapa orang laki-laki yang kuat belum tentu bisa menggoyang sebuah pohon kurma. Bagaimana mungkin seorang ibu muda yang baru melahirkan bisa melakukan hal ini? Pada jaman Muhammad kehidupan orang-orang Bedouin sangat berat, dua kali lipat bagi kaum wanita dan kaum ibu.
Di akhir dari pembicaraannya yang pertama Isa mengatakan kepada ibunya yang merasa ketakutan bahwa ia harus menjelaskan kepada semua orang yang akan menanyakan kepadanya tentang asal-usul anak yang baru lahir itu: bahwa ia sudah berjanji kepada Allah yang Maha Pengasih untuk berpuasa dan tidak akan berkata-kata kepada siapapun hari itu. Jadi nasehat pertama, yang diberikan oleh Isa kepada ibunya, adalah suatu tipuan, suatu kelicikan, dan suatu kebohongan, untuk menyelamatkan dia dari bahaya yang mengancamnya.
Catatan selanjutnya menunjukkan bagaimana bayi yang baru lahir itu membela ibunya dari kemarahan orang-orang sedesanya dengan memperkenalkan dirinya sebagai nabi yang diberkati dalam permbicaraannya yang kedua yang dicatat oleh Al-Qur'an.
Orang-orang yang secara obyektif memperhatikan kisah ini akan melihat bagaimana mimpi dan kenyataan bergabung dan menjadi suatu fatamorgana di dalam pikiran Muhammad. Seluruh isi Al-Qur'an berisi percampuran antara fiksi dengan kenyataan yang demikian.
2. Isa menciptakan seekor burung
Dari sumber apokripa yang sama muncul kisah yang lain: Isa yang masih muda membuat bentuk burung dari tanah liat, meniupnya, dan burung itu kemudian terbang! (Surat Āl 'Imran 3:49; al-Ma'ida 5:110). Kita akan diarahkan untuk melupakan kisah yang tidak realistis tentang Putera Maryam ini, tetapi pada kenyataannya ada tiga penyebutan.
Di dalam Surat Āl 'Imran Isa mengatakan kepada bangsa Israel, “Aku akan menciptakan bagimu serupa burung dari tanah liat.” Di dalam Surat al-Ma'ida Allah, sesudah kenaikan Isa, menegsakan, “Engkau menciptakan seekor burung dari tanah liat!” Mujizat ini disebutkan di dalam Al-Qur'an dalam bentuk present tense dan past tense, sekali dikatakan oleh Isa dan sekali lagi dikatakan oleh Allah sendiri. Penegasan yang dua kali ini membuat teks ini menjadi penting.
Di kedua tempat itu kta melihat bahwa Isa mampu menciptakan burung hidup dari bahan mati. Dalam bahasa Arab, kata “mencipta” (khalaqa) yang biasanya dipakai hanya untuk Allah, sang Pencipta, yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan. Tetapi kata yang khusus ini dipakai untuk Isa, juga. Ia adalah satu-satunya manusia, menurut Al-Qur'an, yang menjadi pencipta dan bisa menciptakan sesuatu yang hidup dari benda mati. Kristus di dalam Islam ditunjukkan sebagai pencipta juga.
Muhammad, bagaimanapun, membatasi penghormatan kepada Putera Maryam ini dengan kalimat, “Dengan ijin Allah!” beberapa kali di dalam ayat-ayat Al-Qur'an mengenai mujizat-mujizat Kristus. Karena itu kita bisa bertanya kepada orang Muslim yang kritis, “Apakah anda percaya bahwa Kristus, dengan ijin Allah, mampu menciptakan burung dari benda matu?” Jawabannya kemungkinan, “Tentu saja. Al-Qur'an menegaskannya dua kali!” Kemudian kita bisa menjelaskan kepadanya bahwa Putera Maryam adalah pencipta yang sangat unik –dengan ijin Allah!
Kisah legenda masa kanak-kanak inimengandung kejutan yang lain. Isa mengangkat burung dari tanah liat ke mulutnya dan kemudian meniupnya. Lalu burung dari tanah liat itu menjadi hidup dan kemudian terbang. Menurut Al-Qur'an, Isa memiliki di dalam dirinya nafas pemberi kehidupan –dengan ijin Allah, tentu saja!
Di dalam Alkitab, Allah menghembuskan “nafas hidup” kepada Adam. Dan kemudian manusia yang pertama tercipta (Kejadian 2:7). Di malam Paskah Kristus menghembus kepada murid-murid-Nya yang sedang ketakutan dan sekaligus penuh sukacita dan berkata kepada mereka, “Terimalah Roh Kudus!” (Yohanes 20:22). Kemudian para pengikut-Nya dipulihkan, karena Kristus adalah pemberi roh yang menghidupkan (1 Korintus 15:45).
Muhammad, bagaimanapun, tidak masuk sampai sejauh itu di dalam tulisannya. Ketika Isa meniupkan nafasnya ke benda mati, benda itu tidak menjadi manusia, dan juga tidak dilahirkan kembali sebagai anak Allah. Tetapi hany emnjadi sesuatu yang seperti seekor burung! Muhammad tidak berani menyangkal bahwa Yesus sendiri memiliki roh pemberi kehidupan dari sang pencipta.
Kisah tentang penciptaan burung ini membuat sakit kepala para penafsir Al-Qur'an, karena kalau memang Isa bisa menciptakan burung yang hidup dari benda mati, meskipun atas ijin Allah, itu berarti ia jauh lebih tinggi dari semua manusia, bahkan lebih tinggi dari Muhammad. Kemudian beberapa penafsir mengatakan, “Isa sebenarnya ingin menciptakan seekor binatang berkaki empat atau seekor burung yang bisa terbang tetapi tidak menjadi kedua-duanya. Yang kemudian jadi dari apa yang dibuatnya hanyalah seekor ‘kelelawar’ yang bukan termasuk burung dan bukan juga mammalia, tetapi pada saat yang sama memiliki ciri kedua jenis itu.” Kita bisa menjawab untuk kritik yang demikian, “Kelelawar adalah satu-satunya binatang terbang yang sudah sangat berkembang, karena ia memiliki unit ultrasound (seperti radar) di dalam mulutnya yang memungkinkan ia bisa terbang bahkan pada waktu malam, seperti pesawat terbang di jaman modern!”
3. Kesembuhan orang buta
Setelah dua kisah mujizat yang meragukan yang dilakukan Isa waktu masih sangat muda, yang sebenarnya bukan sepenuhnya karya Muhammad, karena ia hanya mengambilnya dari tulisan apokripa mengenai masa kanak-kanak Yesus, kita membaca tulisan tentang Kristus sendiri, yang kebenarannya ditegaskan oleh Allah, bahwa Isa mampu menyembuhkan beberapa orang buta (Surat Āl 'Imran 3:49; al-Ma'ida 5:110).
Di dalam tulisan ini kita bisa merasakan belas kasihan Kristus kepada orang-orang hina yang tidak bisa melihat terang matahari dan berjalan di dalam kegelapan. Putera Maryam, menurut Al-Qur'an, tidak melakukan mujizat untuk membuat para raja dan penguasa tertarik kepadanya, tetapi karena ia ingin menolong orang yang sakit, orang-orang yang sengsara dan terbuang dari masyarakat. Rasa iba dan kasihnya yang membuatnya melakukan tanda-tanda yang demikian.
Kata dalam bahasa Arab untuk “menyembuhkan” (bar’ia) berhubungan dengan makna “membenarkan” atau “membasuh.” Kalau suatu penyakit dianggap sebagai penghukuman dariAllah untuk dosa-dosa yang tersembunyi, maka Kristus tidak hanya menyembuhkan penyakitnya tetapi juga berurusan dengan penyebabnya.
Yesus tidak membuka mata orang buta dengan pisau yang tajam atau dengan sinar laser, Ia juga tidak memakai obat atau antibiotik, tetapi Ia menyembuhkan dengan perkataan-Nya saja. Ia tidak menggunakan sulap, sihir atau roh-roh asing, tetapi Ia membebaskan orang-orang yang menderita, yang sengsara daridalam kegelapan dengan kuasa perkataan-Nya semata-mata. Tentu saja, Muhammad menambahkan juga kalimat yang sangat khas,: “dengan ijin Allah!” Akan tetapi, siapa saja bisa melihat kuasa Yesus Kristus dan kasih-Nya kepada orang-orang yang terbuang di dalam kitab orang Muslim.
Dari Al-Qur'an orang Muslim tidak bisa melihat secara terperinci tentang bagaimana, dimana, kapan atau siapa yang matanya dibukakan oleh Yesus. Jadi ayat-ayat seperti itu membutuhkan kesaksian dari para saksi mata yang melihatnya sendiri di dalam Injil. Kita harus membuka Alkitab dalam bagian-bagian di atas untuk orang-orang Muslim yang tertarik, tetapi jangan membacanya sendiri melainkan doronglah mereka untuk membaca bagian itu sendiri, sehingga mereka bisa mengalahkan rintangan yang ada dan menerima Roh Kudus di tangan mereka dan melihat Yesus dengan mata hati mereka. Dengan itu mereka bisa mengakui bahwa Yesus tidak pernah memaksa orang untuk menerima pertolongan atau kesembuhan dari-Nya, tetapi menunggu sampai si sakit itu datang kepada-Nya atau berseru meminta pertolongan. Yesus ingin membangkitkan kehendak untuk disembuhkan di dalam diri orang yang menderita itu, sampai mereka meminta kesembuhan. Ia menumbuhkan di dalam diri mereka kepercayaan kepada-Nya dan kemahakuasaan-Nya, sehingga Ia bisa membebaskan mereka dari beban mereka. Jarang sekali kesembuhan terjadi kalau seseorang tidak percaya kepada tabib itu di antara semua tabib yang ada. Kristus tidak memaksakan anugerah-Nya kepada siapapun, tetapi membangun di dalam diri mereka kehendak, iman dan kasih akan Dia, penebus mereka. Yesus menunjukkan bagian dari orang itu di dalam kesembuhannya, ketika mengatakan, “imanmu telah menyembuhkan engkau.” (Matius 9:22; Markusus 5:34; 10:52; Lukas 7:50; 8:48; 17:19; 18:42). Semua ini asing bagi orang Muslim. Ia tidak tahu tentang Juruselamat atau penolong. Kepercayaan kepada Kristus, Penebusnya, haruslah dipupuk, sehingga hal itu bisa bertumbuh di dalam hidupnya secara rohani.
4. Isa mentahirkan orang kusta
Dalam dua bagian Al-Qur'an ditulis mengenai pentahiran dan penyembuhan orang-orang kusta, kesaksian Isa dan Allah sekali lagi menegaskan adanya mujizat-mujizat itu (Surat Āl 'Imran 3:49; al-Ma'ida 5:110). Bentuk dalam bahasa Arab untuk penyembuhan bagi orang kusta ada dalam bentuk tunggal, tetapo memiliki makna kolektif jaman untuk menunjuk kepada beberapa orang sakit demikian. Sebagaimana dengan orang buta, hal ini tidak menunjuk kepada satu mujizat saja, tetapi serangkaian penyembuhan ajaib yang dilakukan Kristus terhadap orang-orang kusta.
Kalau anda pernah bertemu dengan orang-orang yang menderita seperti ini di India, dengan jari yang hilang atau wajah yang rusak, yang secara bersama-sama mengemis di stasiun-stasiun, anda akan memahami betapa besar kasih Yesus, keagunan-Nya dan kemenangan-Nya atas rasa jijik dan takut terinfeksi. Ia tidak mengusir orang-orang kusta itu sebagai orang-orang yang najis, tetapi berbicara kepada mereka dan bahkan menyentuh beberapa di antara mereka. Ia membangun jembatan bagi iman mereka, sehingga mereka bisa mengerti: Yesus ini mengasihi saya secara pribadi! Kristus lebih kuat dibandingkan dengan kusta! Ia bisa dan akan menyembuhkan saya (Matius 8:1-4; Markusus 1:40-45; Lukas 5:12-16). Ketika Yesus menyembuhkan kesepuluh orang kusta Ia menginginkan agar mereka memiliki iman yang melebihi manusia biasa. Mereka percaya kepada Dia yang berbicara kepada mereka dengan kasih Allah yang mereka rasakan di dalam Dia ( Lukas 17:11-19).
Yang ditulis di dalam Al-Qur'an hanyalah kenyataan umum yang memerlukan penerangan dari Injil dan tambahan kesaksian kita: bahwa Ia sudah mentahirkan kita dari segala kelemahan dan kecemaran kita.
Kepada peristiwa kesembuhan bagi orang kusta bisa ditambahkan juga pengampunan yang diberikan Yesus. Di beberapa negara, dalam keyakinan Islam secara umum, kusta sering dianggap sebagai penghukuman Allah untuk peemberontakan atau dosa-dosa yang tersembunyi. Di sini beberapa catatan Alkitab mengenai kesembuhan dari kusta bisa sangat menolong. Ia mengharapkan kata-kata “kesembuhan” dari Yesus, tetapi justru ia mendengar, “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Ketika para ahli Taurat berpikir bahwa Yesus menghujat, Ia menengok ke arah mereka dan berkata, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" (Matius 9:1-8).


5. Membangkitkan orang mati
Kalau anda membaca kalimat singkat yang ditegaskan sampai dua kali di dalam Al-Qur'an bahwa Yesus bisa membangkitkan orangmati, mungkin anda akan sangat terkejut (Surat Āl 'Imran 3:49; al-Ma'ida 5:110). Di dalam dua ayat ini anda akan menemukan kata dalam bentuk jamak, bukan dalam bentuk tunggal! Dalam bahasa Arab itu berarti bahwa Kristus membangkitkan lebih dari dua orang, atau paling tidak tiga orang dari kematian. Sangat dianjurkan untuk menghafal bagian-bagian di dalam Injil dimana Yesus membangkitkan seorang anak, seorang pemuda dan seorang dewasa dari kematian, dan untuk membaca bagian-bagian itu bersama-sama dengan orang Muslim yang tertark (Matius 9:18-26; Markus 5:21-43; Lukas 7:11-17; Lukas 8:40-56; Yohanes 11:1-45).
Al-Qur'an menggunakan dua istilah yang berbeda untuk peristiwa Kristus membangkitkan orang mati. Di dalam surat Āl 'Imran (Surat Āl 'Imran 3:49) ia mengatakan,
"aku menghidupkan orang mati."

Di ayat yang lain (Surat al-Ma'ida 5:110) Allah menegaskan,
"engkau mengeluarkan orang mati (menjadi hidup)!"

Kalau anda mengenal orang Muslim yang sudah menunjukkan ketertarikan kepada Kristus anda bisa bertanya kepadanya berdasarkan dua kesaksian di dalam Al-Qur'an itu, “Siapakah yang bisa membangkitkan orang mati?” Yang paling sering, jawabannya adalah, “Tidak ada selain Allah.” Tetapi kalau anda bertanya, “Apakah anda mengatakan kalau Kristus itu Allah, karena Ia sudah menghidupkan kembali paling tidak tiga orang yang sudah mati?” mungkin anda mendengar penolakan yang sangat keras, “Aku berlindung kepada Allah dari orang-orang seperti anda!” Kalau anda meneruskan dengan bertanya, “Tetapi didalam Al-Qur'an anda menemukan dua ayat dimana Kristus memang membangkitkan orang mati,” mungkin anda akan mendengar jawaban setelah ia berpikir cukup lama, “Tetapi di setiap peristiwa anda akan menemukan tulisan, ‘dengan ijin-Ku’! Kristus sendiri tidak bisa membangkitkan orang yang sudah mati. Karena itu Allah mengutus Jibril untuk menguatkan dia, sehingga ia bisa melakukan tanda-tanda ajaib membangkitkan orang mati untuk kemuliaan bagi Allah!” Kalau bertanya dengan hati-hati, “Jadi anda percaya bahwa Allah dan Rohulkudus dan Putera Maryam bersama-sama bisa membangkitkan orang mati?” Mungkin anda akan mendengar jawaban yang ragu-ragu, “Ya, itu dituliskan di dalam Al-Qur'an.” Kemudian anda bisa berkata, “Jadi anda percaya kepada kerjasama Tritunggal?” Hal ini bisa jadi, setelah beberapa penyangkalan, membawa kepada pernyataan bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat penegasan akan kesatuan Tritunggal di dalam tindakan, meskipun hal itu tidak menegaskan keberadaan di dalam roh dan hakekatnya. Memang tidak selalu menjadi keharusan bahwa orang Muslim akan diyakinkan dengan semua argumentasi kita. Tetapi akan sangat menolong bagi dia untuk mendengar ide-ide baru yang juga ditegaskan kebenarannya oleh Al-Qur'an, sehingga ia bisa mulai berpikir dengan cara yang berbeda.
Kenyataan adanya orang mati yang dibangkitkan oleh Putera Maryam adalah sesuatu yang sangat menakjubkan sampai-sampai mungkin anda sendiri bertanya mengapa di dalam Al-Qur'an Muhammad menuliskan kesaksian yang didengarnya dari orang-orang Kristen yang ada di sekitar dia. Mungkin ia melakukannya untuk menunjukkan Islam sebagai agama yang mirip dengan kekristenan untuk bisa membawa orang-orang Kristen kepada iman miliknya.
Kita percaya bahwa kesaksian tentang kemenangan atas maut di dalam Al-Qur'an akan menjadi seperti ragi, dan akan membuka mata orang Muslim dari dalam, sehingga mereka bisa mengenal Kristus yang sesungguhnya yang memiliki kehidupan kekal di dalam diri-Nya. Kemudian mereka akan memahami bahwa Kristus bisa memberikan kehidupan kekal kepada semua orang yang meminta kepada-Nya. Kenyataan bahwa Kristus membangkitkan orang mati menjadi tantangan bagi semua anak-anak Abraham, termasuk orang Yahudi maupun orang Muslim: “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup.” (Yohanes 3:36; 1 Yohanes 5:12)
6. Yang Mahatahu
Dalam surat Āl 'Imran kita menemukan ayat yang cukup menarik dimana Isa mengatakan kepada orang Yahudi bahwa ia akan menunjukkan kepada mereka apa yang sudah mereka maka secara sembunyi-sembunyi dan harta apa yang mereka sembunyikan di dalam lemari mereka.
Kisah yang tidak mungkin ini bisa memiliki banyak penjelasan: banyak orang Yahudi tidak secara tepat mematuhi hukum Musa, dan sering memakan apa yang dilarang secara sembunyi-sembunyi. Yang lainnya tidak berpuasa dengan benar di hari-hari yang ditentukan dan secara sembunyi-sembunyi makan di rumah mereka setiap kali mereka menginginkannya. Sebagai tambahan mereka menyimpan harta mereka di lemari dan bukannya membaginya untuk orang-orang miskin dan para pengungsi dari Mekkah.
Al-Suyuti, seorang penafsir Islam, menjelaskan bahwa Isa sebagai seorang anak sedang bermain-main dengan anak-anak yang lainnya ketika ia berkata kepada mereka, “Saya bisa mengetahui apa yang dimakan oleh orang tuamu ketika kamu tidak dirumah, dan apa yang secara rahasia mereka simpan di dalam lemari yang tersembunyi darimu.” Ketika anak-anak itu bertanya tentang pernyataan itu, orang tua mereka sangat terkejut dan bertanya kepada anak-anak mereka, “Siapa yang memberitahukan rahasia itu kepadamu?” Ketika anak-anak itu mengatakan bahwa Isa yang menjelaskan rahasia itu kepada mereka, para orang tua itu kemudian melarang anak-anak mereka bermain bersama dengan Putera Maryam dan mengunci mereka di halaman belakang rumah mereka.
Ketika Isa kemudian bertanya kepada para orang tua teman-temannya mengapa ia tidak bisa bertemu lagi dengan mereka ia diberitahu bahwa teman-temannya saat itu sedang tidak ada di rumah. Ketika Isa mengatakan kepada para orang tua itu, “Tetapi aku bisa mendengar mereka ribut di halaman belakangmu,” mereka mengatakan kepadanya, “Itu hanya babi kami yang sedang kelaparan.” Kemudian Isa dengan sedih memandang mereka dan berkata, “Kamu benar! Hanya babi-babimu yang bisa membuat keributan yang demikian di halaman belakangmu.” Ketika para orang tua itu mencari anak-anak mereka, kata-kata Isa sudah menjadi kenyataan. Semua anak-anak mereka sudah menjadi babi!
Kisah yang sangat keji ini berasal dari imajinasi yang penuh fitnah terhadap orang-orang Yahudi yang tidak pernah memelihara babi di halaman belakang mereka, dan juga terhadap Yesus sendiri, yaitu untuk menjauhkan anak-anak darinya, karena ia bisa menyatakan kebenaran yang tersembunyi. Namun, teks dari Al-Qur'an ini menegaskan kebenaran bahwa Kristus bisa melihat menembus dinding sekalipun! Menurut Muhammad, ia memiliki “mata sinar X”. Di dalam Injil Yohanes kita bisa membaca bahwa Yesus melihat apa yang ada di dalam diri manusia. Ia tidak membutuhkan pemberitahuan tentang siapapun, “sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.” (Yohanes 2:24-25).
Di dalam ayat ini Al-Qur'an membuktikan kemahatahuan Isa, tetapi menarik kesimpulan yang salah akan hal itu. Bukan makanan yang dimakan secara rahasia, atau harta yang tersembunyi yang Yesus lihat dengan mata Penebus-Nya. Ia menyingkap dosa-dosa yang tersembunyi dan mengenal kerinduan seseorang akan keadilan, kesucian dan kebenaran. Ia ingin menyelamatkan, menyucikan dan memperbaharui semua orang, dan tidak ingin mengambil bagian di dalam kekayaan mereka.
Muhammad menderita karena meningkatnya ketegangan antara para pengungsi yang datang bersamanya dari Mekkah dan para penduduk asli di Medinah. Para pendatang dari Mekkah tidak bisa menemukan pekerjaan, mereka tidak memiliki rumah dan tidak memperoleh apapun dari saudara-saudara mereka. Di lain pihak, orang-orang Muslim yang asli dari Medinah semakin hari menjadi semakin kaya dan semakin kaya. Mereka sudah menampung para pendatang itu ke rumah mereka dan sudah berjanji untuk mengurus mereka seperti saudara kandung. Tetapi harapan dan kenyataan jauh sekali bedanya. Para penduduk asli makan makanan yang lebih baik ketika para pendatang itu sedang tidak ada di rumah mereka, dan para pemilik rumah menyembunyikan kekayaan mereka dari mata para pancari suaka itu. Muhammad mendengar tentang perilaku ini dan ingin ikut mengambil bagian campur tangan dalam harta mereka yang disembunyikan. Karena itu ia mengatakan, “Kalau Isa datang kembali ia akan mengatakan kepadamu apa yang kamu makan secara rahasia dan apa yang kamu sembunyikan di rumahmu, karena ia bisa melihat semua yang ada di dalam dirimu. "
Kita perlu merenungkan kesaksian dari Al-Qur'an ini, dan ketika memberikan nasehat rohani kepada orang Muslim, membuat mereka menyadari bahwa kita semua perlu diuji dan diungkap sepenuhnya oleh kasih Yesus Kristus dan oleh kebenaran ini berulang-ulang kali! Uang dan harta milik semua orang Kristen yang disembunyikan akan cukup untuk menginjili seluruh dunia ini, kalau orang-orang itu bersedia untuk membagi sebagian dari harta mereka itu.
7. Hidangan dari surga
Di dalam Surat al-Ma'ida (5:112-115) kita bisa menemukan semacam hema dari kisah Kristus memberi makan 5.000 orang dalam pandangan Islam. Kita akan menerjemahkan teks ini secara literal, sehingga cara berpikir Muhammad dan sikap orang-orang Muslim bisa dipahami sebagai dasar untuk percakapan kita dengan mereka:
112 Para hawariryin (murid) berkata, “Hai Isa Putra Maryam sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?”
Dia menjawab, "Bertaqwalah kepada Allah jika kamu benar-benar orang mukmin!"
113 Mereka berkata, “Kami ingin memakan hidangan it, dan supaya hati kami tenteram dan supaya kami mengetahui bahwa engkau telah berkata benar kepada kami dan kami menjadi saksi atas hidangan itu."

114 Isa Putera Maryam berkata, “Allahumma (Elohim), turunkanlah kepada kami hidangan dari langit yang akan jadi hari raya bagi kami dan bagi orang-orang yang bersama kami serta yang datang sesudah kami, dan sebagai tanda (kebenaran) dari Engkau! Dan berilah kami rezeki dan Engkaulah sebaik-baiknya Pemberi rezeki.”
115 Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepada kamu. Maka barangsiapa yang ingkar di antara kamu sesudah itu sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang belum pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia!”
Dalam kisah imajinatif tentang pemberian makan kepada 5,000 orang ini kita bisa memberikan penjelasan demikian:
  • Beberapa kali Muhammad membuat pembedaan di antara orang-orang Kristen berdasarkan kedewasaan mereka dan menyebut mereka sebagai hawariyin atau murid (para pemula), penolong yang giat atau pejuang, orang yang percaya yang berdoa, Muslim, pengikut dan saksi (Āl 'Imran 3:52-53). Di dalam kisah hidangan dari surga Isa berbicara kepada para hawariyin atau murid sebagai para pemula.
  • Di dalam Al-Qur'an, Isa sendiri tidak pernah disebut sebagai “Tuhan”, tetapi Allah adalah Tuhannya. Isa selalu disebut sebagai alat saja.
  • Setelah Isa memberikan khotbah yang panjang di padang pasir para muridnya menjadi lapar. Mereka tidak sabar menunggu sampai Isa menyediakan makanan bagi mereka, tetapi justru ‘mencobai’ dia dan mempertanyakan kemahakuasaan Allah, mungkinkah ia bisa memiliki kemampuan menolong mereka. Mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada kasih keperduliannya tanpa keinginan untuk mencobai dia.
  • Isa tidak menantang para muridnya untuk percaya, tetapi untuk takut kepada Allah. Kasih Allah dan kepercayaan kepada perhatiannya bukanlah topik yang utama di dalam Islam, dan hanya ketundukan penuh kepada Allah dan ketakutan dengan rasa hormat yang mendalam kepadanya.
  • Orang-orang Muslim tidak memiliki jaminan akan adanya penebusan dan tidak memiliki damai di dalam hati karena mereka tidak memiliki Roh Kudus di dalam agama ini. Rohulkudus dianggap sebagai Jibril (Gabriel), sehingga orang-orang Muslim sering berusaha menyelidiki bukti yang pokok untuk iman mereka. Mereka ingin menjadi saksi mata untuk hidangan itu, bukan untuk karya yang dilakukan Isa. Hidangan dan apa yang ada di dalamnya adalah pusat dari pengharapan mereka.
  • Anehnya, Putera Maryam tidak berdoa kepada Allah, tetapi kepada Allahuma (Elohim). Nama ini bagi Muhammad merupakan kunci bagi doa-doa yang sangat menolong sehingga doa bisa dijawab secepatnya. Elohim adalah bentuk jamak dari kata Allah dan mengandung kemungkinan adanya Kesatuan Tritunggal yang Kudus. Di dalam Al-Qur'an Isa menyebut Allah dari Perjanjian Lama “TUHAN Allah (Allahuma) kami”. Ini sangat bertentangan dengan apa yang “Tuhan” nyatakan kepada Musa ketika ia mengatakan, “Akulah TUHAN Allahmu!” Muhammad berusaha untuk mengislamkan Allah dari Perjanjian Lama.
  • Isa di dalam Al-Qur'an menyebut hidangan makanan dari surga itu sebagai pesta yang sangat istimewa untuk semua orang, untuk semua murid Kristus baik yang terbesar maupun yang terkecil secara setara. Mungkin Muhammad di dalam imajinasinya mencampurkan antara perjamuan Tuhan dengan pemberian makan kepada 5.000 orang sebagai peristiwa yang sama. Ia menyebut hidangan ini sebagai tanda mujizat. Itulah sebabnya ia menyebut Surat kelima di dalam Al-Qur'an sebagai “Hidangan” (al-Ma'ida).
  • Putera Maryam juga meminta kepada Allah untuk memberi rezeki kepada pengikutnya secara tetap dengan segala makanan yang diperlukan. Di dalam Islam iman berarti nafkah (Surat Fatir 35:29-30) dan akan membawa hasil keberhasilan yang nyata. Allah bukanlah bapa tetapi sultan yang secara murah memberi rezeki kepada orang-orang Muslimnya – kalau ia menghendakinya.
  • Allah langsung mengabulkan doa Isa, yang sangat luar biasa di dalam Islam. Ketika Isa masih berdoa, Allah secara seketika langsung mengirimkan hidangan surgawi untuk murid-murid Isa yang kelaparan.
  • Akibat sampingan dari mujizat Isa, bagaimanapun, sangat menakutkan. Allah mengancam siapa saja yang tidak mau percaya di antara murid-muridnya akan diberi hukuman yang sangat mengerikan di antara semua hukuman yang terjadi di dunia sekarang dan yang akan datang. Ancaman ini juga diarahkan kepada orang-orang Muslim (!) kecuali kalau mereka percaya kepada mujizat Isa sebagaimana yang tertulis di dalam Al-Qur'an.
  • Para penafsir Al-Qur'an lebih banyak membicarakan mengenai beragam makanan di dalam hidangan itu dibandingkan dengan hakekat dari dia yang sudah menyiapkan pemberian-pemberian surgawi itu. Orang-orang Muslim berusaha mencari tahu apakah anggur, daging babi dan makanan-makanan terlarang lainnya disiapkan bagi mereka di surga, tetapi mereka lupa kepada dia yang menurunkan hidangan itu bagi mereka. Kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa di dalam Islam Putera Maryam memiliki hak istimewa untuk menjadi syafaat bagi para pengikutnya.
  • Ketika anda mengatakan kepada orang-orang Muslim bahwa Yesus hanya memiliki lima roti dan dua ikan dalam peristiwa Ia memberi makan 5.000 orang, anda akan bertemu dengan wajah yang panjang dan kecewa, karena roti dan ikan tidak dianggap sebagai makanan khusus dari Firdaus.
  • Tetapi anda bisa menolong pendengar anda untuk berpikir bahwa Yesus mengucapkan syukur untuk sesuatu yang sedikit yang ada di tangan-Nya, dan bahwa kemudian, ketika Ia mengucapkan syukur, hal itu menjadi makanan dalam jumlah yang besar. Kemudian anda bisa menjelaskan kepada orang-orang Muslim bahwa menerima makanan dan uang bukanlah bukti akan kebenaran, tetapi justru iman dengan ucapan syukur lebih dahulu di depan akan membawa berkat bagi banyak orang.
  • Kita tahu bahwa Yesus sendiri merupakan pusat dari mujizat ini, dan bukannya pelipatgandaan roti itu. Tuhan kita menjamin kepada kita bahwa Ia memberikan makanan sehari-hari kepada semua yang mengikut Dia, percaya kepada-Nya dan mengucap syukur terlebih dahulu di depan kepada-Ny untuk penyediaan perhatian-Nya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh Al-Qur'an. Anugerah Alkitab dari Allah Bapa bisa menggantikan konsep tentang sultan yang sewenang-wenang yang menyelamatkan siapa saja yang dikehendakinya, dan yang menyesatkan siapa saja yang dikehendakinya.
  • Berita yang paling menonjol dari mujizat Kristus di dalam Al-Qur'an ini adalah bukti bahwa Ia adalah satu-satunya Pengantara antara Allah dengan manusia. Ia adalah pusat rahasia dari mujizat besar ini yang bisa dipahami oleh semua orang Muslim kalau ia memang mau. Doa di dalam nama Kristus menjadi sesuatu yang mungkin bagi orang-orang Muslim juga. Kristus sudah membuka pintu kepada Allah bagi kita. Tidak ada jalan untuk sampai kepada Bapa kecuali melalui Dia. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus " (1 Tim. 2:5, Surat al-Anbiya' 21:28).
8. Isa pembuat peraturan yang ilahi
Di dalam Al-Qur'an kita menemukan beberapa bagian yang di dalamnya menyaksikan kedaulatan Kristus di atas Hukum Taurat. Dua dari antara bagian itu menyebut tentang sikapnya dan tindakannya sehubungan dengan ayat-ayat di dalam Perjanjian Lama sebagai suatu tanda dan suatu bukti tentang missi ilahinya (Surat Āl 'Imran 3:50-51; al-Ma'ida 5:46-47; al-Zukhruf 43:63). Beberapa hal di bawah ini mengenai mujizat berhubungan dengan hukum perlu dipertimbangkan:
  • Allah mengutus Kristus ke dalam dunia ini untuk menegaskan ketidakbersalahan Taurat. Mengapa kemudian orang-orang Muslim terus menerus menuduh bahwa Taurat sudah dipalsukan? Al-Qur'an sendiri menyangkal pernyataan itu sampai beberapa kali. Sebagai tambahannya, Kristus adalah firman Allah yang menjadi manusia dan dengan itu mewakili Taurat di dalam kehidupannya (Surat Āl 'Imran 3:50; al-Ma'ida 5:46 dll.).
  • Allah sendiri mengajar Putera Maryam – sebelum ia lahir – tentang Taurat, Amsal Salomo, Injil dan Kitab Asli dengan semua penjelasannya (Surat Āl 'Imran 3:48). Karena itu Isa mampu datang kepada bangsa Israel dengan hikmat ilahi dan menjelaskan kepada mereka semua pertanyaan yang tidak terjawab tentang hukum, dan dengan itu menghilangkan adanya alasan untuk perpecahan.
  • Menurut Al-Qur'an, Kristus memiliki kedaulatan untuk mengubah dan membatalkan beberapa perintah Allah di dalam Taurat, dan untuk membebaskan para pengikutnya dari peraturan itu. Jadi di dalam Islam Isa adalah seorang pembuat peraturan. Ia tidak ada di bawah hukum sebagai pelaksana. Ini lebih dari sekedar mujizat bagi orang Muslim, karena bagi mereka Allah sendirilah yang menjadi pembuat peraturan dan yang memberi pernyataan tentang Hukum. Menurut Al-Qur'an Kristus memiliki fungsi ilahi karena ia sendiri adalah inkarnasi dari firman Allah di dalam daging. Ia adalah kebenaran ilahi dan hukum yang menjadi manusia (Yohanes 13:34; lihat Surat Maryam 19:21; al-Anbiya' 21:91; al-Mu'minun 23:50 dan yang lainnya).
Di dalam ayat-ayat Al-Qur'an ini kita mendengar suatu gema dari pernyataan Yesus sendiri, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya." (Matius 5:17-18) Ia juga menjelaskan, "Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita … Tetapi Aku berkata kepadamu!” (Matius 5:21-48) "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” (Matius 15:11.16-20)
Muhammad mungkin sudah mendengar prinsip-prinsip revoluioner yang diajarkan Kristus, tetapi ia tidak memahami semuanya itu sebagai penggenapan Hukum Taurat, tetapi sebagai dihilangkannya beberapa halangan terhadap Hukum bagi para muridnya. Dengan cara yang sangat mengejutkan ia menerapkan kepada Isa hak istimewa ilahi ini untuk meniadakan hukum dan untuk mengadakan yang baru sebagai utusan Allah.
  • Meski ada semua perubahan terhadan Hukum Taurat oleh Putera Maryam, ia menegaskan inti dari ibadah Islam: “Takutlah kepada Allah!” Islam tidak dikuasai oleh rasa kasih Allah kepada manusia, dan juga bukan kasih manusia kepada Allah. Tidak ada gambaran Allah sebagai Bapa yang ingin menyelamatkan semua manusia, tetapi hanya kuasa, kemahakuasaan dan kedaulatan yang suci dari Allah, yang, sebagai diktator, tidak bisa dipertanyakan atau diminta bertanggungjawab atas sesuatu. Orang-orang Muslim hanya bisa bersujud di hadapannya dan beribadah kepadanya dengan rasa hormat mendalam dengan penuh ketakutan.
  • Ketundukan yang serupa juga harus diberikan kepada setiap utusan dari Allah. Di dalam Al-Qur'an, Putera Maryam dua kali menuntut dari semua orang Yahudi, orang Kristen dan orang Muslim: “Taatlah kepadaku!” (Surat Āl 'Imran 3:50; al-Zukhruf 43:63). Kalimat ini tentu saja menjungkirbalikkan pemikiran Islam! Semua orang harus menghormati Kristus Yesus, menyerahkan diri kepada-Nya dan mentaati perintah-perintah-Nya dengan setia, sama seperti mereka takut kepada Allah! Islam tidak mengajarkan, “Percaya kepada anugerah Allah, atau terimalah pengampunan kasih Kristus atau kasihilah Dia karena Ia mengasihimu terlebih dahulu,” tetapi justru Isa menuntut ketaatan-iman dan ketundukan tanpa syarat di bawah kedaulatan darinya. Siapa saja yang memahami perintah di dalam Al-Qur'an ini bisa menemukan cara yang bagus untuk menginjili orang Muslim. Seorang Muslim harus terlebih dahulu belajar hukum Kristus sebelum ia belajar tentang anugerah keselamatan-Nya. Kita harus belajar dengan dia tentang 510 perintah Kristus di dalam keempat Injil dan membandingkan semuanya dengan 613 perintah Musa di dalam Taurat. Kemudian kita harus hidup menurut Hukum Yesus sebagai teladan yang sesungguhnya dan mengakui di hadapan seorang Muslim bahwa kita semua tidak bisa menggenapi perintah-perintah-Nya dengan sempurna, dan bahwa karena itu kita harus meminta pengampunan setiap hari. Seorang Muslim harus memahami bahwa sangat tidak mungkin untuk menggenapi hukum Kristus dengan kekuatan sendiri karena Ia memerintahkan kepada kita, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna!” (Matius 5:48) dan "Kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yohanes 13:34) Kemudian ia mungkin memahami bahwa tidak seorangpun bisa menggenapi hukum Kristus dengan kekuatannya sendiri, tetapi memerlukan pengampunan Yesus dan keselamatan dari-Nya setiap hari. Anugerah Kristus Yesus adalah satu-satunya jalan kepada Bapa (Yohanes 3:16; 14:6 dll.).
  • Muhammad dengan cepat menghentikan pemikiran dan kesimpulan kritis yang demikian dengan membuat Yesus mengatakan, “Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu. Sembahlah Dia, itulah ibadah yang benar.” Ia tidak membiarkan Isa di dalam Al-Qur'an mengatakan, “Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapa-mu, Allah-Ku dan Allah-mu!” Tidak, Muhammad menempatkan Isa di bawah kuasa dan kedaulatan Allah. Muhammad tidak pernah siap untuk mengakui bahwa Kristus Yesus adalah Tuhan sendiri bagi kemuliaan Allah Bapa-Nya. Sementara menerima prinsip-prinsip pokok dari iman Kristen ia akhirnya menolak inti yang paling dalam dan membuat Putera Maryam sebagai hamba Allah, yang akan membawa para pengikutnya ke Firdaus di “jalan yang lebar” dari Hukum Islam.
Tetapi meski ada muslihat Islami ini, Muhammad sendiri sudah menegaskan kebenaran bahwa Kristus Yesus adalah pembuat peraturan yang ilahi yang memiliki hak untuk menuntut ketaatan tanpa syarat bagi pengikutnya dan dari semua manusia. Kita harus membuat para pencari kebenaran di dalam Muslim menyadari bagian dari Al-Qur'an ini, dan menolong mereka – sesudah mereka mengalami kehancuran kesombongan rohani – untuk menerima anugerah Kristus yang tersedia bagi mereka juga.
9. Kristus memperbaharui pengikut-pengikut-Nya
Di dalam Al-Qur'an ada beberapa ayat yang menjelaskan karakter Kristen dengan cara yang positif. Dari kesaksian Muhammad orang bisa melihat bahwa Putera Maryam mampu mengubah orang yang sombong menjadi orang yang rendah hati dan orang yang egois menjadi hamba yang penuh belas kasihan. Inilah mujizat terbesar yang dilakukan oleh Kristus menurut kitab orang Muslim. Perubahan ini tidak hanya terjadi satu kali, tetapi terjadi setiap hari, dahulu dan sekarang. Orang-orang Kristen dijelaskan lebih dari 50 kali di dalam Al-Qur'an. Beberapa dari ayat itu tidak hanya menuliskan mengenai orang-orang Kristen saja, tetapi orang-orang Yahudi juga (Surat Āl 'Imran 3:55.113-114.199; al-Ma'ida 5:65-68; al-An'am 6:90; al-Hadid 57:27; al-Saff 61:14 dll.).
Di dalam Surat Āl 'Imran kita membaca evaluasi Muhammad atas suatu delegasi Kristen yang berasal dari Yaman Utara (Wadi Nadjran), yang berdiskusi dengan dia tentang iman di Medinah selama tiga hari. Ia berusaha membawa orang-orang itu kepada Islam dan membuat Allah berkata kepada Isa,
"Aku akan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas mereka yang kafir hingga hari kiamat." (Surat Āl 'Imran 3:55)
Muhammad dan orang-orang Muslimnya sangat terkesan oleh delegasi 60 orang Kristen dari Yaman Utara yang berpakaian rapi itu. Muhammad merasa bahwa budaya mereka lebih tinggi dari budayanya dan ingin menarik mereka kepada Islam. Ia melihat keunggilan mereka dan dominasi ekonomi mereka atas para penyembah berhala dan juga kaum animis. Tetapi, tentu saja, di dalam negosiasi itu ia tidak mengatakan pandangannya yang sebenarnya, yaitu bahwa orang-orang Muslim, tentu saja, dalam tingkatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang Kristen.
Di dalam Surat yang sama kita membaca tentang para budak dan pekerja yang bertemu pada malam hari dan membaca Alkitab bersama-sama, dan beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud. Mungkin mereka adalah kaum Kristen ortodoks, karena orang-orang dari gereja yang lain, dan bahkan orang Yahudi, tidak bersujud di dalam ibadah mereka. Muhammad mengakui bahwa mereka memelihara perjanjian mereka dengan Allah dan bahwa hidup mereka sesuai dengan iman mereka. Ia menyebut mereka sebagai “orang-orang baik” yang akan diberi pahala oleh Allah (Surat Āl 'Imran 3:113-114). Betapa sebuah kesaksian yang hebat tentang orang-orang Kristen yang dianggap rendah di Hidjaz!
Menurut Surat Āl 'Imran Muhammad juga bertemu dengan orang-orang Kristen yang rendah hati dan sederhana dan yang mengutip ayat-ayat dari Alkitab tanpa meminta uang, bertolak belakang dengan orang Yahudi di Medinah yang biasanya hanya mengatakan kepadanya sebagian dari Mishna atau Talmud ketika ia pada awalnya membeli barang-barang dari mereka (Āl 'Imran 3:199). Beberapa kali, orang-orang Kristen, menurut Al-Qur'an, berusaha untuk menginjili Muhammad, tetapi sia-sia.
Di dalam Surat al-Ma'ida sebuah garis pemisah ditarik untuk membedakan antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang Kristen. Allah disebut-sebut memberi pernyataan kepada Muhammad:
"Sungguh akan engkau dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya akan engkau dapati juga orang yang paling dekat kasih sayangnya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nashara.” Yang demikian itu disebabkan di antara mereka ada pendeta-pendeta dan rahib-rahib, dan sesungguhnya mereka itu tidak menyombongkan diri." (Surat al-Ma'ida 5:82)
Muhammad mengenali kerendahan hati Kristus di dalam diri para pengikutnya, yang tidak berusaha untuk menjadikan diri mereka sebagai orang-orang hebat. Pada saat yang sama Muhammad mengetahui bahwa ciri ini tidak datang dari diri mereka sendiri tetapi datang dari pemimpin rohani mereka. Ayat ini memberikan pengakuan yang sangat luar biasa tentang kerendahan hati yang dimiliki oleh orang-orang Kristen pada jaman Muhammad.
Di dalam Surat al-Hadith anda bisa membaca suatu analisa yang sangat nyata tentang orang-orang Kristen. Muhammad membuat Allah mengatakan,
"Kami ikutkan Isa, Putera Maryam, dan Kami berikan Injil kepadanya, dan Kami jadikan perasaan santun dan kasih sayang dalam hati pengikut-pengikutnya." (Surat al-Hadid 57:27)

Muhammad membuat perbedaan di antara berbagai macam orang Kristen: Ia menyebut para pencari kebenaran sebagai murid-murid; para pejuang yang bersemangat dan penolong yang siap langsung berlari menuju medan peperangan memerangi doktrin baru; orang-orang yang percaya yang sadar dan para penyembah yang berdoa yang berusaha untuk hidup sesuai dengan keyakinan mereka; ‘orang-orang Muslim’ yang sejati yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan utusannya (Kristus) dan berserah kepadanya tanpa syarat; para pengikut yang berusaha untuk meneladani guru mereka dan mengikut dia melalui masa-masa susah dan senang; dan para saksi mata dari perbuatan-perbuatannya yang siap untuk mati bagi kesaksian mereka. Mereka hanya meminta satu hal saja kepada Isa, yaitu bahwa ia akan menuliskan nama mereka di dalam Kitab Kehidupan di surga (Surat Āl 'Imran 3:52-53).
Menurut Muhammad, tidak semua orang Kristen mengambil bagian di dalam rahasia mujizat terbesar yang dilakukan Kristus – kecuali bagi para pengikutnya! Muhammad merasa bahwa Alllah secara pribadi melakukan mujizat dengan mereka. Ia meletakkan sesuatu ke dalam hati mereka sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang-orang lain: belas kasihan dan kasih karunia, bahkan untuk musuh-musuh mereka! Ketika Muhammad menyelidiki tentang asal dari kharisma ini ia tidak menemukan sumber yang lain kecuali Injil, yang diwahyukan oleh Allah kepada Isa. Muhammad percaya bahwa belas kasihan dan kasih karunia di dalam hati para pengikut Kristus berasal dari kitab itu. Tetapi ia tidak mengenal kuasa Roh Kudus yang atasnya Paulus menuliskan, “Karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:5)
Muhammad berpikiran positif terhadap orang-orang Kristen yang sebenarnya. Ia tidak hanya mengenal Waraqa b. Naufal, sepupu dari istri pertamanya Kadijah, seorang penatua yang terhormat dari sebuah kelompok Pemahaman Alkitab di Mekkah, tetapi ia mengetahui bahwa 83 orang Muslim menemukan perlindungan di dalam lindungan orang-orang Kristen di Abyssinia ketika penganiayaan terhadap orang-orang Muslim di Mekkah menjadi tidak tertahankan. Sikap dari orang-orang Kristen Abyssinia membentuk gambaran tentang orang-orang Kristen di dalam Al-Qur'an lebih daripada yang kita perkirakan. Namun, orang-orang Abyssinia itu gagal menginjili para pengungsi Muslim itu. Ketika orang-orang Muslim itu kembali ke Medinah setelah Islam menjadi kuat, 230 orang Ethiopia sudah menerima Islam, sementara hanya ada seorang Muslim yang menjadi Kristen. Dan satu orang itupun mati segera setelah ia berpindah agama itu (mungkin ia mati karena kekerasan).
Di dalam Surat al-Saff orang-orang Kristen disebut sebagai penolong dan kawan sekerja Allah ketika mereka bersumpah untuk setia kepada Isa di dalam pengadilan terhadapnya dan bersiap-siap untuk berjuang baginya. Allah memastikan kemenangan mereka atas musuh-musuh mereka (Surat al-Saff 61:14).
Ketika anda membaca ayat-ayat itu di dalam Al-Qur'an anda akan menemukan bahwa Muhammad mengatakan kalau Isa sudah mengubah para pengikutnya menjadi serupa dengan dia. Mereka mengasihi musuh-musuh mereka, memberkati orang-orang yang mengutuk mereka dan melakukan kebaikan kepada mereka yang menghujat dan menganiaya mereka (Matius 5:44). Mereka sangat rendah hati dan lemah lembut, tidak tamak, tetapi berdoa di lingkungan jemaat mereka, bahkan kalau perlu pada waktu malam hari. Kitab mereka menjadi pusat dan sumber bagi ibadah mereka. Orang-orang Kristen ini, dijelaskan di dalam Al-Qur'an, biasanya bukanlah orang-orang asing, tetapi orang-orang Arab yang berasal dari utara, selatan dan barat Semenanjung Arab. Kristus menggenapkan mujizat terbesar-Nya di dalam mereka: mereka hidup seturut dengan apa yang mereka percayai dan sudah menjadi ciptaan baru dengan anugerah dari Juruselamat mereka. Hari ini orang-orang yang dulunya Muslim menemukan identitas mereka sebagai orang-orang Kristen Alkitabiah yang disebutkan di dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat ini bisa menolong mereka ketika mereka berbicara dengan saudara-saudara mereka yang Islam.
10. Ayatullah yang sesungguhnya
Dua kali kita menemukan di dalam Al-Qur'an bahwa Kristus Yesus dan ibunya adalah dua tanda agung dari Allah (Surat al-Anbiya' 21:91; al-Mu'minun 23:50). Sekali hal itu menyatakan bahwa Kristus sendiri adalah tanda bagi manusia dan kasih karunia yang dari Allah (Surat Maryam 19:21). Ketiga ayat di atas menegaskan rahasia Kristus di dalam Al-Qur'an dan menyimpulkan hakekat yang sesungguhnya dari semua mujizatnya. Tujuan dari mujizat-mujizatnya bukanlah mujizat itu sendiri tetapi sebagau pernyataan tentang dia, yang melakukan mujizat-mujizat itu.
Di dalam bahasa Arab kata untuk tanda adalah ayatun yang juga berarti mujizat. Dengan menggabungkan kata itu dengan kata Allah maka kedua kata itu akan membentuk suatu gelar yang sangat terhormat Ayatullah! Kristus Yesus adalah tanda mujizat dari Allah! Teks di dalam Al-Qur'an memperluas makna dari kata ini dan menunjukkan tujuannya: bagi manusia! Semua orang harus melihat kemahakuasaan Allah dan kasihNya di dalam diri Putera Maryam. Tidak ada nabi, raja atau imam yang lain yang menyandang gelar kehormatan ini menurut Al-Qur'an, bahkan Muhammad juga tidak. Kristus sendiri adalah satu-satunya mujizat Allah yang harus diakui manusia. Semua Ayatullah yang lain menerima gelar mereka hanya dari manusia.
Ketika kita bertanya mengapa Putera Maryam menjadi tanda terbesar dari Allah di dalam Al-Qur'an, kita menemykan jawabannya di dalam kepercayaan Islam bahwa Allah menciptakan Kristus di dalam diri Maryam sepenuhnya hanya melalui firman, tanpa ada keikutsertaan dari seorang ayah manusia. Allah menghembuskan rohnya ke dalam tubuh Maryam. Karena itu Kristus bukan hanya sekedar seorang manusia yang dilahirkan oleh seorang perempuan, tetapi, menurut Al-Qur'an, juga roh dari Allah di dalam tubuh manusia. Isa sudah ada bersama-sama dengan Allah bahkan sebelum ia dilahirkan. Setelah kenaikannya ia kembali kepada Allah dengan tubuh, jiwa dan roh. Saat ini.

Posted by Donny Sukma
Chinatsu Hayasida Mainsite

Bagaimana Menjelaskan Bahwa Alkitab Tidak Dipalsukan?

Pendahuluan
 Banyak orang Muslim yang bersikap skeptis dan mengatakan bahwa Alkitab sudah diubah dan dipalsukan. Beberapa di antara mereka mengakui bahwa orang-orang Kristen adalah orang-orang yang sangat teratur rapih dan rajin, dan bahwa aturan sosialnya sangat adil. Tetapi mereka juga menganggap bahwa ada di antaranya, yang takut kepada Allah, sebagai orang-orang pemimpi yang di awang-awang saja, karena orang-orang Kristen itu menganggap bahwa Taurat, Mazmur dan Injil sebagai kitab yang bisa diandalkan. Hal itu bisa saja benar di masa yang lalu, kata orang Muslim itu, tetapi edisi semua kitab itu di masa sekarang sudah diubah-ubah. Semua orang Kristen dianggap menjadi korban dari kekeliruan yang sangat besar, yang percaya kepada dongeng semata.
Dari mana asalnya sikap skeptis orang Muslim terhadap ke-66 kitab di dalam Allkitab? Apa argumentasi yang mereka ajukan untuk mendukung tuduhan mereka mengenai pemalsuan Alkitab?

Serangan Al-Qur’an terhadap Taurat
Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu bisa kita lihat di sepuluh ayat di dalam Al-Qur'an. Semua itu mendasari sikap skeptis orang Muslim terhadap Alkitab. Ada seorang penatua Yahudi di Medina yang dituduh melakukan perzinahan. Orang-orang Yahudi tidak mau menyampaikan kepada orang Muslim ayat-ayat tentang hukuman bagi perzinahan di dalam Taurat untuk menyelamatkan penatua mereka ini dari hukuman rajam. Karena itu, di beberapa bagian Al-Qur'annya, Muhammad membuat Allah menantang orang-orang Yahudi yang tidak menjelaskan rahasia dan peraturan Taurat mereka kepada orang Muslim:


Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah. (Surat al-Baqarah 2:41)
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (Surat al-Baqarah 2:42)
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (Surat al-Baqarah 2:75)
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. (Surat al-Baqarah 2:79)
Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (Surat al-Baqarah 2:146)

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? (Surat Al 'Imran 3:71)
Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Alkitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Alkitab, padahal ia bukan dari Alkitab. (Surat Al 'Imran 3:78)
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya (sehingga kemudian memiliki pemahaman yang berbeda). (Surat an-Nisa 4:46)
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya. (Surat al-Ma'ida 5:13)
Dan di antara orang-orang yang mengatakan: "Sesung-guhnya kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya. (Surat al-Ma'ida 5:14)
Kalau anda menganalisa 10 bagian ayat-ayat Al-Qur'an di dalam bahasa Arabnya, anda akan menemukan delapan fakta sejarah:
Tidak “semua” orang Yahudi, tetapi hanya sekelompok kecil di antara mereka, yang berusaha menyesatkan Muhammad (Surat al-Baqarah 2:75,146; Al 'Imran 3:78).
Mereka sebenarnya orang-orang yang mendapat tuntunan yang benar (Surat an-Nisa 4:46), tetapi mereka menutupi sebagian dari hukum mereka dengan kata-kata yang kosong untuk menyembunyikan keadilan (Surat al-Baqarah 2:42; Al 'Imran 3:71).
Mereka tidak menerjemahkan semua teks Alkitab secara terbuka kepada Muhammad dan tidak mengatakan semua yang ada di dalam kitab mereka, kecuali kalau Muhammad bertanya terlebih dahulu (Surat al-Baqarah 2:41, 79).
Mereka menyembunyikan beberapa perintah darinya, khususnya yang akan membahayakan mereka dalam hal-hal khusus yang menyangkut Muhammad dengan orang Muslimnya (Surat al-Baqarah 2:42,146; Al 'Imran 3:71).
Mereka mengubah huruf hidup atau pengucapan-pengucapan yang penting dari beberapa kata yang kemudian mengubah makna kata itu (Surat al-Baqarah 2:75; al-Nisa 4:46; al-Ma'ida 5,13).
Mereka membolak-balikkan lidah ketika mengucapkan beberapa ayat tertentu dari Taurat sehingga tidak ada orang yang tahu apa yang sebenarnya mereka katakan (Surat Al 'Imran 3:78).
Mereka menulis buku suci dengan tangan mereka sendiri tetapi berpura-pura bahwa itu langsung berasal dari Allah (Surat al-Baqarah 2: 79).
Mereka melupakan beberapa ayat dari kita suci mereka, yang, sebagai wahyu, seharusnya mereka ingat (Surat al-Ma'ida 5:13). Muhammad juga menuduh orang Kristen akan kesesatan ini terhadap Allah dan wahyu-Nya (Surat al-Ma'ida 5:13).
Dari tuduhan di dalam Al-Qur'an ini anda bisa melihat bahwa hanya sebagian kecil orang-orang Yahudi di Medinah bermasalah dengan Muhammad. Kebanyakan orang Yahudi tidak dituduh demikian di dalam Al-Qur'an. Mereka tidak memalsukan dan juga tidak menyembunyikan kitab suci mereka. Orang-orang Yahudi di mana pun memiliki Taurat yang asli, yang orisinil sampai saat ini.
Di dalam Al-Qur'an tidak ada penyebutan bahwa seluruh isi Taurat diselewengkan dari awal sampai akhirnya. Muhammad mengatakan bahwa hanya beberapa kata tertentu yang ditutupi, diucapkan secara salah atau dibunyikan dengan huruf hidup yang berbeda. Integritas Taurat secara keseluruhan tidak dipertanyakan di bagian manapun di dalam Al-Qur'an!
Namun demikian, orang Yahudi, sama seperti orang Kristen, tidak bisa menyebutkan ayat-ayat yang panjang dari Alkitab di luar kepala, tetapi mereka bisa memberikan pandangan pribadi, pengalaman atau tafsiran terhadap ayat-ayat Alkitab. Bagi orang Muslim belajar menghafalkan firman yang diwahyukan merupakan bukti kasih mereka kepada Allah dan wahyu-Nya. Mereka tidak mendapatkan bentuk kasih yang seperti ini pada orang Yahudi dan orang Kristen. Muhammad ingin mendengar teks yang persis sama dari Wahyu tersebut diucapkan melalui penghafalan; ia tidak ingin belajar mendengar apa pandangan orang-orang mengenai Wahyu tersebut.
Analisa singkat tentang ayat-ayat Al-Qur'an di atas menunjukkan bahwa orang Muslim tanpa alasan telah mencurigai bahwa seluruh Taurat telah dipalsukan. Selain itu, Al-Qur'an tidak pernah menyebutkan di bagian manapun bahwa Injil sudah dipalsukan atau diubah, karena Muhammad sangat menghargai orang-orang Kristen dan mengetahui betapa mereka dapat dipercayai dan betapa mereka mengasihi kebenaran.

Penyelidikan orang Muslim akan nama Muhammad di dalam Alkitab
Setelah ada beberapa orang Yahudi dan orang Kristen Arab yang memeluk agama Islam, mulai muncul pemikiran di antara mereka bahwa Muhammad, yang menyebut dirinya sebagai yang memeteraikan semua nabi, pastilah dinubuatkan juga di dalam Alkitab. Muhammad menuliskan bahwa Isa mengatakan di dalam Al-Qur'an bahwa seorang utusan yang bernama Ahmad akan datang setelah dirinya (Surat as-Saff 61:6).
Sejak itu, orang Muslim curiga bahwa orang Yahudi dan orang Kristen sudah menghapuskan nama Muhammad atau sinonimnya Ahmad dari kitab suci mereka.
Kemudian terjadilah penelitian yang sangat gencar terhadap nubuat-nubuat yang ada di dalam Alkitab, untuk melihat kalau-kalau ada yang menunjuk kepada kedatangan Muhammad. Terjadi spekulasi yang tidak terhitung berapa kali jumlahnya dan juga muncul karya-karya tulis yang menyebutkan kepercayaan orang Muslim bahwa Muhammad pastilah disebutkan di dalam Alkitab. Mereka sering kali mengutip Ulangan 18:15, 18. Di sana Musa mengatakan, Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan! Orang Muslim menyatakan dengan sangat bersemangat, “Nabi yang dijanjikan ini pasti adalah Muhammad.” Tetapi mereka tidak memperhatikan bahwa nabi ini haruslah muncul dari antara bangsa Israel. Siapa pun yang bertanya kepada mereka apakah mereka mau mengakui bahwa Muhammad haruslah berasal dari bangsa Israel atau orang Yahudi pastilah akan mendengar jawaban yang sangat tegas, “Tidak!”

Dari kitab Injil mereka berulangkali mengutip janji yang sangat terkenal yang dikatakan oleh Yesus, Penolong/ Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu (Yohanes 14:16, 17, 26). Peneliti Muslim berpikir bahwa Penolong yang dijanjikan ini pastilah Muhammad! Mereka menyelidiki kata Yunani yang dipakai yaitu parakletos (penolong), dan segera mengganti huruf hidupnya dan mengubah parakletos menjadi perikletos, yang artinya “yang terpuji” (Muhammad). Kalau mereka menuduh orang Kristen mengganti nama Muhammad menjadi parakletos, kita bisa menunjukkan kepada mereka bahwa justru mereka yang mengubah huruf hidupnya! Dan lagi, kalau anda bertanya kepada kaum yang menunggu-nunggu nabi yang dijanjikan itu apakah mereka setuju bahwa Muhammad diutus oleh “Kristus” sebagai hamba-Nya, anda akan mendengar penyangkalan yang sangat keras. (Di dalam Yohanes 14:17 dikatakan bahwa Yesus telah mengutus Penolong). Pertanyaan itu bisa menggugurkan pernyataan orang Muslim.

Keputusan yang bersifat anti Alkitab
Ketika para ahli dan penafsir Al-Qur'an di dalam Islam membandingkan Alkitab dengan Al-Qur'an berabad-abad setelah kematian Muhammad, mereka menemukan bahwa tidak ada satu kalimat pun yang sungguh-sungguh sama di antara kedua kitab itu baik dalam format maupun isinya. Mereka menjadi sangat terganggu karena kenyataan ini dan hal itu membuat mereka membuat sebuah keputusan yang sangat primitif, tetapi juga sangat cerdik. Mereka menetapkan bahwa semua perbedaan antara Alkitab dengan Al-Qur'an pastilah terjadi karena adanya pemalsuan di dalam Alkitab. Dengan cara ini Al-Qur'an dibuat menjadi standar untuk mengukur dan menghakimi Alkitab. Pada dasarnya orang Muslim percaya bahwa kedua kitab itu sumbernya adalah dari buku asli yang ada di surga yang diwartakan dengan menggunakan inspirasi verbal. Akan tetapi, menurut pandangan mereka perbedaan yang tidak mungkin terjembatani antara ketiga buku ini membuktikan tentang pemalsuan Taurat dan Injil. Kita harus menyadari bahwa dengan mengambil kesimpulan yang demikian Islam membuktikan dirinya sebagai sebuah semangat anti Alkitab yang menawan kebanyakan orang Muslim dalam belenggu kolektif.

Serangan beracun dari Deedat
Serangan Islam keempat terhadap Alkitab datang dari sebuah kelompok yang dipimpin Deedat, seorang Muslim India dari Afrika Selatan. Ia sudah mengumpulkan banyak sekali argumentasi yang bukan berasal dari Al-Qur'an dari kaum ateis, komunis, materialistis, dan teolog liberal dari Eropa, yang nampaknya membuktikan kesalahan-kesalahan di dalam Alkitab. Pernyataan anti Alkitabnya sering kali bertentangan sendiri dengan apa yang dikatakan Al-Qur'an. Meskipun argumentasinya memiliki dasar yang lemah, ia mendapat dukungan keuangan dari beberapa pemerintahan negara Islam kaya minyak, karena ia bisa menggoyahkan keyakinan dari begitu banyak orang Kristen dan Muslim terhadap Alkitab di berbagai penjuru dunia.
Di antara tuduhan yang disampaikan Deedat adalah pernyataan bahwa Kristus tidak mengatakan kebenaran ketika Dia bernubuat: Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Matius 12:40; Markus 8:11-12; Lukas 11:29-32). Dengan penuh kedengkian, Deedat menunjukkan kenyataan bahwa Kristus di dalam kubur-Nya hanya sejak Jumat sore, sebelum matahari terbenam, sampai hari Minggu, sebelum fajar. Ia mengatakan bahwa kenyataannya Yesus hanya satu setengah hari dan dua malam terbaring di dalam kubur-Nya, dan bukan tiga hari tiga malam! Dari kenyataan ini ia menarik kesimpulan bahwa Yesus bukanlah nabi yang bisa dipercaya!
Banyak orang Kristen yang tidak tahu bagaimana menjawab argumentasi Deedat ini dan pergi dengan kepala tertunduk. Tetapi dalam hal ini kita bisa menjawab, bahwa menurut tradisi Yahudi, apa saja yang terjadi pada suatu saat dalam satu hari dianggap terjadi dalam sepanjang hari itu. Karena Yesus dikuburkan pada hari Jumat, sepanjang hari Jumat itu dikatakan sebagai hari kematian-Nya. Demikian juga kebangkitan-Nya terjadi di sepanjang hari pertama minggu itu.
Dengan trik yang demikian Deedat berusaha untuk mempertanyakan salib dan kebangkitan Kristus serta Injil-Nya. Ia sudah mengumpulkan banyak pernyataan kritis tentang teks Alkitab, yang ditulis oleh para teolog liberal, dan berusaha untuk membuktikan dengan dukungan pernyataan itu bahwa bahkan para ahli Kristen sendiri tidak percaya pada kesempurnaan Alkitab. Serangan beracun dari musuh Kristus ini sudah diterbitkan dan didistribusikan dalam jumlah jutaan di Afrika, Asia, dan benua-benua yang lainnya. Para muridnya sudah bekerja keras selama dua generasi dalam banyak bahasa dengan pengaruh yang cukup kuat.

Keyakinan yang goyah akan kebenaran Alkitab
Kita tidak perlu terkejut bahwa bukan hanya orang Kristen, tetapi juga bagi orang Muslim, keyakinan mereka terhadap Alkitab sudah goyah. Siapa pun yang berusaha untuk menjelaskan keselamatan dari Kristus kepada para pengikut Muhammad harus terlebih dahulu menemukan jalan untuk memantapkan keyakinan terhadap Alkitab di dalam diri mereka, kalau tidak semua usaha bisa jadi akan menjadi sia-sia. Lagu yang ditulis oleh Nikolaus Ludwig, Earl of Zin­zendorf (1700-1760), juga tepat diterapkan dalam pelayanan misi di antara orang Muslim:

Tuhan, peliharalah firman-Mu,
anugerah mulia, emas ini, bagiku:
karena bagiku ia lebih berharga dari segala benda
dan dari kekayaan yang terbesar.
Kalau firman-Mu tidak lagi dipercaya,
apa yang akan menjadi dasar iman?
Aku tidak ingin bekerja untuk seribu dunia
kecuali untuk firman ini!
(Lagu Protestan Jerman, EKG 436)

Kalau anda berusaha menjelaskan kebenaran Alkitab kepada orang Muslim, anda akan menemukan lima sumber penuh dengan argumentasi yang dapat mendukung usaha anda:

1. Kesaksian Perjanjian Lama terhadap kebenaran pernyataan firman Allah;
2. Pernyataan Yesus Kristus tentang keaslian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru;
3. Berbagai sumber sekular lainnya yang bisa menegaskan kebenaran Alkitab;
4. Ayat-ayat positif di dalam Al-Qur'an mengenai tidak rusaknya Taurat dan keaslian Injil;
5. Pengalaman pribadi kita mengenai kuasa firman Allah.

1. Kesaksian Perjanjian Lama Tentang Keaslian Taurat Dan Kitab Para Nabi
Siapa pun yang ingin menjelaskan kepada orang Muslim bahwa Allah akan menjaga firman-Nya perlu mengingat ayat ini dan membagikannya kepada sahabat-sahabat Muslimnya:
Yeremia 1:11-12: “Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam." Lalu firman TUHAN kepadaku: "Baik penglihatanmu, sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku.”
Nabi ini diberi janji, ia mendapatkan jaminan akan keabsahan dan keaslian firman Allah, karena TUHAN sendiri menjaga firman-Nya. Dia yang Kekal tidak pernah tertidur atau terlelap, tetapi bersiap sedia mengawasi umat-Nya dan mencegah mereka menyimpangkan firman-Nya. Yang Allah maksudkan di sini bukan hanya firman-Nya saja, tetapi juga tindakan dan efek dari firman itu. TUHAN siap sedia mengawasi bahwa semuanya itu akan terlaksana. Tidak ada yang bisa mencegah Tuhan yang mahakuasa melakukan apa yang difirmankan-Nya.
Dalam Ulangan 4:2 kita membaca apa yang dikatakan oleh Musa: Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu.
Siapa yang akan berani, baik sengaja maupun tidak, untuk menyimpangkan perintah dan janji Allah, menambahkan ide sendiri atau menghapuskan larangan yang tidak disukainya? Tuhan sendiri memerintahkan melalui Musa untuk memelihara firman-Nya agar tetap utuh dan tidak berubah, untuk menghafalkannya dan bertindak sesuai dengan kebenaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Alkitab mempertahankan sendiri kebenarannya. Di dalam Islam perkataan sang nabi dianggap sebagai firman Allah secara langsung! Tidak ada perbedaan di antara keduanya. Seorang utusan Allah dianggap memiliki kuasa yang sangat besar. Orang Muslim sering memandang Taurat sebagai keseluruhan Perjanjian Lama.
Dalam Amsal 30:5-6 kita membaca: Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya. Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta.

Mazmur 19:8-9, berisi kesaksian Daud, bagaimana ia mengalami kebenaran dari firman yang tidak terubahkan dari Tuhan di dalam kehidupannya:
Taurat TUHAN itu sempurna,
menyegarkan jiwa;
peraturan TUHAN itu teguh,
memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.
Titah TUHAN itu tepat,
menyukakan hati;
perintah TUHAN itu murni,
membuat mata bercahaya.

2. Ayat-ayat yang menegaskan keaslian Wahyu di dalam Perjanjian Baru
Matius 5:17-18 menawarkan kesaksian yang sangat kuat dan memberikan bimbingan dari Yesus Kristus yang menjelaskan posisi-Nya sehubungan dengan wahyu di dalam Perjanjian Lama: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”
Dengan pernyataan yang sangat mendasar ini Anak Allah menjamin keaslian Perjanjian Lama. Yesus menyangkal kalau Dia menggantikan wahyu yang lama dengan yang baru atau bahkan dengan yang lebih baik, seperti Al-Qur'an, yang di dalamnya mengandung 240 ayat yang sudah diubah dan tidak lagi sah.
Akan tetapi, Yesus Kristus, berbicara mengenai penggenapan hukum Taurat dan kitab Para Nabi melalui pengajaran-Nya, kehidupan-Nya, mujizat-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, curahan Roh Kudus dan kedatangan-Nya yang kedua kali. Tuhan Yesus menghormati, memperdalam dan menjalankan kehidupan Wahyu di dalam Perjanjian Lama sebagaimana Kitab-Nya.
Yesus menjamin keaslian semua kitab di dalam Perjanjian Lama sampai akhir jaman sehingga bahkan orang Muslim sekalipun bisa yakin bahwa satu huruf yang paling kecil, atau satu titik yang paling kecil sekalipun tidak akan hilang, tetapi akan digenapi secara tepat. Inilah pernyataan yang berkuasa dari Yesus Kristus yang menghilangkan tuduhan dari Muhammad dan para pengikutnya.
Matius 24:35 menawarkan perkataan yang lain dari Yesus Kristus yang menjamin kebenaran dan kekekalan Injil-Nya dan juga seluruh kitab di dalam Perjanjian Baru: Langit dan bumi akan lenyap, tetapi firman-Ku tidak akan berlalu.
Yesus bukanlah seorang optimistis atau pesimistis, tetapi seorang yang realistis. Dia meyakinkan kita bahwa semua rancangan manusia untuk memperbaiki dunia ini dan memelihara ciptaan akan sia-sia, karena langit dan bumi kita yang kecil ini akan berlalu. Tetapi karena Tuhan kita hidup dan firman-Nya penuh dengan roh dan kuasa, Injil-Nya tidak akan berlalu bahkan ketika semua yang ada hancur dan lenyap. Dia mendorong kita untuk percaya dan berharap ketika Dia mengatakan: Bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga! (Lukas 10:20). Semua orang yang sudah dilahirkan kembali dengan firman-Nya dan menerima Roh Kudus-Nya akan ikut ambil bagian di dalam kehidupan kekal.
Lukas 1:1-4 menunjukkan kepada kita bagaimana hati-hati dan tepatnya para penginjil menyampaikan tentang perkataan dan tindakan dari Yesus Kristus. Tabib dari Yunani yang bernama Lukas itu menjelaskan bagaimana ia menyusun kitabnya: Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
Kitab-kitab Injil tidak turun dari langit sebagai sebuah kitab yang lengkap, seperti yang dibayangkan beberapa orang Muslim mengenai pewahyuan Al-Qur'an. Dokter Lukas, tabib Yunani, yang percaya pada Kristus, bertanya kepada banyak saksi mata dan orang-orang yang bertanggungjawab yang dipilih oleh para rasul untuk mengumpulkan dan menuliskan perkataan Yesus. Mereka disebut sebagai para hamba firman.
Lukas, sang tabib, ingin tahu bagaimana anak dara Maria bisa memiliki anak tanpa seorang suami! Karena itu ia dengan hormat bertanya kepadanya tentang kejadian itu. Jadi kemungkinan Maria yang menjelaskan kepadanya bagaimana malaikat Gabriel menyatakan diri kepada Zakarias dan memberitahukan mengenai kelahiran Yohanes Pembaptis (Lukas 1:5-24). Maria juga memberitahukan kepada Lukas mengenai penampakan penghulu malaikat kepadanya di Nazaret (Lukas 1:25-26) dan menjelaskan secara terperinci kepadanya mengenai kisah Natal (Lukas 2:1-21). Ia juga menjelaskan kepada Lukas tentang penyerahan Yesus di Bait Allah (Lukas 2:22-40) dan mengenai kunjungan Yesus yang berusia dua belas tahun ke Bait Allah (Lukas 2:41-52).
Tabib Yunani ini mengumpulkan beberapa perumpamaan dan laporan mengenai Yesus yang tidak ditulis dalam injil-injil yang lain: Domba yang hilang (Lukas 15:1-7), anak yang hilang (Lukas 15:11-32), orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37), orang kaya dan Lazarus (Lukas 16:19-31) dan laporan mengenai sepuluh orang kusta yang disembuhkan (Lukas 17:11-19). Lukas mendengar kisah mengenai perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai (Lukas 18:9-14), ia membuat catatan mengenai Yesus mengunjungi Zakeus (Lukas 19:1-10) dan mengenai air mata yang dicurahkan Yesus bagi Yerusalem (Lukas 19:41-44). Lukas juga memasukkan kisah tentang Maria dan Marta (Lukas 10:38-42), mencantumkan juga nama-nama murid wanita yang mengikuti Yesus (Lukas 8:1-3), dan mungkin mendengar dari mereka tiga kata yang sangat unik yang dikatakan oleh Yesus di kayu salib (Lukas 23:34, 43, 46).
Lukas menanyakan mengenai detail dari pertemuan Yesus yang sudah bangkit dengan dua orang murid di Emmaus (Lukas 24:13-35) dan detail lain mengenai Yesus yang bangkit yang mengajar murid-murid-Nya yang sangat terkejut itu tentang ayat-ayat dari Perjanjian Lama (Lukas 24:44-49). Ia sendiri juga menuliskan mengenai kenaikan Yesus (Lukas 24:50-52; Kisah 1:1-14) dan pencurahan Roh Kudus (Kisah 2:1-47).
Tanpa Lukas, sang tabib itu, kita tidak akan tahu banyak teks kunci dari Injil. Ia menuliskan kedua bukunya itu untuk satu pribadi, Teofilus, seorang gubernur Roma yang sudah menjadi Kristen di Antiokhia. Tuhan yang bangkit, melalui Roh Kudus-Nya, menuntun Lukas, seorang “asing”, untuk mengumpulkan fakta secara hati-hati dan menuliskan semuanya dalam urutan yang bisa dipertanggungjawabkan. Injil yang ditulisnya didukung, ditulis dan dimeteraikan oleh Roh Kudus. Yesus sendiri tidak pernah menuliskan sebuah buku meskipun ia bisa membaca dan menulis huruf Ibrani. Tetapi saksi-saksi mata yang menyaksikan-Nya memberikan kesaksian yang kuat dan setia mengenai apa yang mereka lihat dan dengar.
Yohanes 1:14 memberikan pertolongan yang unik ketika kita berbicara kepada orang Muslim: Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Yohanes memahami bahwa Yesus bukan hanya memberitakan firman Tuhan, tetapi Dia sendirilah Firman itu! Tidak ada perbedaan antara firman-Nya dengan karya-Nya. Jadi, Dia tetap tidak berdosa. Firman Tuhan mencipta, menyembuhkan, mengampuni, menghibur dan memperbaharui orang-orang percaya. Di dalam Yesus kehendak Allah dan kuasa-Nya menjadi nyata. Inkarnasi firman Tuhan di dalam Yesus menyimpulkan semua firman Allah di dalam diri-Nya.

Yohanes 17:17 menyatakan sebuah rahasia mengenai doa syafaat keimaman Yesus. Di sini Dia menjelaskan dengan sangat jelas definisi dari keaslian Alkitab dalam kalimat yang sangat singkat: Firman-Mu adalah kebenaran! Kalimat ini jauh melebihi pengajaran doktrin, khotbah, atau kesaksian. Bahkan, Yesus menjelaskan realitas dan kebenaran firman Allah dalam doa-dialog-Nya dengan Bapa di surga. Bagaimanapun kritik terhadap Alkitab, teolog liberal, orang Muslim anti Kristen atau komunis materialistis berusaha melawan Alkitab akan dihancurkan di hadapan realitas ilahi itu. Apa saja yang mereka ajukan sebagai bukti, kepalsuan atau implikasinya akan dikalahkan oleh kesaksian dari Anak kepada Bapa-Nya: Firman-Mu adalah kebenaran!
Wahyu 22:18-19 memberikan peringatan keras yang cocok untuk pikiran orang Muslim: Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”

Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru anda bisa menemukan lebih banyak ayat yang membuktikan kebenaran dan keaslian Alkitab. Kita tidak boleh membaca Alkitab dengan mata Kristen kita saja, tetapi perlu juga memahami bagaimana ayat-ayat itu berbicara kepada orang Muslim. Alkitab membela dan membenarkan dirinya. Kita harus berlatih untuk mendengarkan suara Alkitab, untuk bisa menawarkan kebenaran kepada orang Muslim dengan kasih.

3. Argumentasi dari logika manusia dan gulungan Qumran terhadap keaslian Alkitab
Orang Muslim dalam jumlah yang berkembang saat ini percaya kepada ilmu pengetahuan. Mereka meninggalkan pola pemikiran jaman Al-Qur'an. Kadangkala sangat mungkin untuk berbicara secara obyektif dengan mereka dan untuk mendorong mereka berpikir kritis. Pertanyaan yang biasa disebut “pertanyaan-W” bisa menolong di sini. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah:
Who (siapa) yang memalsukan Alkitab? Orang Yahudi ataukah orang Kristen? Kebanyakan mereka akan menjawab: orang-orang Yahudi! Kita bisa mengatakan: Apakah anda berpikir orang Kristen akan diam saja kalau orang Yahudi mengubah Taurat dan kitab para nabi? Kenyataan tentang adanya dua masyarakat beragama yang berbeda menjadikan mustahil bagi salah satu dari kelompok tersebut untuk mengubah kitab apapun yang ada di dalam Perjanjian Lama baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Kalau misalnya orang Kristen yang dituduh sudah mengubah Taurat, anda bisa menjawab bahwa orang Yahudi ortodoks akan memulai perlawanan yang sangat keras di seluruh dunia untuk melawan kesesatan yang demikian. Orang-orang Yahudi yang taat akan siap berperang bahkan melawan sesama orang Yahudi yang menjadi liberal, demi usaha mempertahankan status kata demi kata di dalam firman Tuhan mereka.
When (kapan) Taurat dipalsukan? Kalau jawabannya “sebelum” Muhammad, anda bisa menanyakan mengapa Muhammad menyebutkan nama Musa 136 kali di dalam Al-Qur'an, Abraham 69 kali, Iblis 68 kali (Shaitan), Israel 47 kali, Salomo 17 kali dan Daud 16 kali. Al-Qur'an memastikan kebenaran Taurat secara langsung atau tidak langsung dan pewahyuannya oleh Allah mereka. Di dalam 15 tahun pertama kehidupan keagamaannya, Muhammad menerima Taurat sebagai kebenaran ilahi tanpa mempertanyakannya. Namun ia tidak bisa membaca huruf Ibrani dan bersandar kepada para penerjemah lisan yang harus menerjemahkan teks itu ke dalam bahasa Arab untuknya. Mereka tidak memberitahukan kepadanya teks asli dari Alkitab tetapi kebanyakan hanya mengenai kisah dan aturan-aturan dari Mishna dan Talmud.
Kalau seorang Muslim mengatakan bahwa Taurat dipalsukan hanya pada tahun-tahun terakhir kehidupan Muhammad di Medinah, anda bisa menjawab bahwa pada saat itu Alkitab sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa: Yunani, Latin, Armenia, Syria, Kasdim, Koptik, Abyssinia dan bahasa-bahasa lainnya. Di dalam bahasa-bahasa itu ada ratusan, kalau tidak ribuan, naskah yang ditulis tangan. Siapa yang sanggup mengumpulkan semua Alkitab di dalam semua terjemahan itu agar bisa mengubah beberapa kata di dalam beberapa halaman tertentu? Karena Alkitab sudah tersebar begitu luas di jaman Muhammad, maka sangatlah mustahil untuk bisa memalsukan teks itu.
What dan which (Apa dan yang mana) pasal-pasal di dalam Alkitab yang dipalsukan? Tidak ada seorang Muslimpun yang tahu jawaban yang memuaskan kepada pertanyaan ini! Kebanyakan dari mereka tidak tahu isi Taurat. Karena itu kita bisa menunjukkan kepada mereka bahwa kita masih memiliki salinan dari Alkitab yang asli dan akan siap untuk secara teliti menguji setiap naskah yang baru ditemukan bersama-sama dengan orang Muslim. Akan tetapi, selama hal ini belum terjadi, kita memiliki hak untuk terus yakin bahwa Alkitab kita itu asli. Bukan kewajiban kita, yang dituduh, untuk membuktikan kebenaran dan kesahihannya, bukan, tetapi kewajiban para penuduh kita, orang Muslim untuk membuktikan hal yang sebaliknya – yang tidak bisa mereka lakukan. Sampai mereka bisa membawa Alkitab yang lebih asli, kita masih bisa menawarkan kepada mereka sebuah salinan dari teks yang paling dijaga keasliannya.
Mr. Deedat berusaha untuk menyerang Alkitab dengan memakai argumentasi yang merusak, yang diberikan oleh para atheis dari Eropa di abad ke 19. Tetapi kebanyakan argumentasinya sudah ketinggalan jaman secara ilmiah. Namun demikian, perlu juga bagi para missionaris yang melayani di antara orang Muslim untuk membaca buku Deedat dan buku jawabannya dari seorang Kristen, Mr. Gilchrist, seorang pengacara dari Afrika Selatan, untuk memberikan jawaban yang cocok dan menolong.
Beberapa ahli dari kalangan Muslim menunjuk kepada berbagai catatan kaki (footnote) di dalam Perjanjian Baru berbahasa Yunani, yang menunjukkan adanya perbedaan dari beberapa naskah asli. Dengan sinis mereka memakai perbedaan-perbedaan itu untuk menegaskan tuduhan mereka. Tetapi justru banyaknya catatan kaki itu justru menunjukkan kebenaran, keteguhan dan ketelitian para peneliti dari berbagai generasi, teolog dan linguis yang tidak membuat sebuah teks asli yang standar, tetapi, untuk mempertahankan kebenaran, terus menuliskan perbedaannya sekalipun. Tidak ada buku di dunia ini yang sudah diverifikasi selengkap Perjanjian Baru yang memiliki 1500 naskah yang masih ada.
Dengan Al-Qur'an keadaannya sangat bertolak belakang! Ketika Muhammad meninggal, ada beberapa naskah asli yang saling berbeda dari Al-Qur'an yang menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bisa dijembatani, sehingga argumentasi dan pertengkaran mulai terjadi di antara pasukan-pasukan beberapa kalifah. Kalifah Usman kemudian memerintahkan Zaid bin Thabit untuk mengedit sebuah Al-Qur'an standar dan kemudian membakar naskah asli yang lainnya!! Orang Muslim di jaman ini tidak lagi memiliki salinan Al-Qur'an dari Muhammad, hanya salinan dari Al-Qur'an yang diedit oleh Usman. Kaum Shiah berulangkali mengatakan – dan beberapa di antara mereka masih mengatakan hal yang sama sampai saat ini – bahwa Al-Qur'an versi Usman sudah dipalsukan dan diubah.

Kitab Yesaya dalam gulungan Qumran
Gulungan Qumran, yang ditemukan oleh orang-orang Bedouin di dekat Laut Mati, secara khusus menjadi sangat penting untuk menegaskan keaslian teks Alkitab. Di antara gulungan itu terdapat gulungan kitab nabi Yesaya yang secara sangat luar biasa tersimpan dengan aman. Para ilmuwan menganalisa gulungan ini dan menemukan bahwa gulungan itu kemungkinan dibuat sekitar 150 sampai 100 tahun sebelum Kristus. Sebelum gulungan itu ditemukan, naskah Taurat yang tertua yang ditemukan adalah yang dibuat sekitar tahun 875 M.
Setelah penemuan gulungan kitab Yesaya di Qumran, tiba-tiba saja ada kesempatan untuk menguji apakah secara kebetulan terjadi kesalahan dalam usaha penyalinan yang berlangsung sudah 1000 tahun, atau bahkan apakah ada usaha pemalsuan yang sengaja sudah dilakukan. Tentu saja hal itu termasuk juga yang berasal dari jaman Muhammad dan masa lahirnya Islam, supaya tuduhan mereka mengenai pemalsuan bisa dijawab secara pasti.
Penyalin membuat beberapa kesalahan kecil ketika menyalin gulungan kitab Yesaya. Setiap kesalahan diberi tanda di dalam gulungan itu dengan menggunakan tiga titik di di bawah huruf itu. Lalu huruf yang benar dituliskan di atasnya. Sama sekali tidak dilakukan penghapusan terhadap teks. Semuanya nampak jelas dan bisa dilihat semua orang. Di akhir penelitian itu semua huruf di semua gulungan yang asli dan yang salinan dihitung sesering mungkin sampai semua perbedaan yang ada tidak tersisa lagi! Gulungan kitab nabi Yesaya dari gua Qumran bisa mempermalukan setiap Muslim yang mengasihi kebenaran.
Dalam semua diskusi mengenai keaslian Alkitab sangat penting untuk tidak melupakan bahwa tidak ada satupun bagian di dalam Al-Qur'an yang mengatakan bahwa Injil sudah dipalsukan. Muhammad menghargai orang-orang Kristen dan tahu bahwa mereka tidak akan berdusta atau mengakalinya. Namun, argumentasi ini tidak boleh diajukan secara langsung, mungkin lebih baik dalam bentuk pertanyaan, untuk tidak mempermalukan orang Muslim itu.

4. Bagaimana Al-Qur'an menyaksikan mengenai keaslian Alkitab?
Pada awalnya, Muhammad menunjukkan penghargaan yang tinggi kepada orang Yahudi dan Kristen karena mereka memiliki kitab suci. Ia menerima kesaksian lisan mereka, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, dan bahkan mencantumkan kutipannya di dalam Al-Qur'annya. Pendiri Islam tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk membaca Taurat dan Injil di dalam bahasa ibunya, karena kitab-kitab itu belum diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Hanya setelah Muhammad membangun negara agamanya di Medinah dan mengusahakan adanya pengakuan, persetujuan dan ketundukan dari orang-orang Yahudi dan Kristen, ia memulai serangan verbalnya kepada mereka, karena mereka terus berusaha memisahkan diri. Karena mereka tidak mengakuinya sebagai nabi, ia memerangi mereka, memburu mereka dan membunuh orang-orang Yahudi. Orang-orang Kristen diperlakukan secara lebih lembut pada awalnya karena kerajaan Abyssinia memberikan suaka kepada orang Muslim ketika mereka mengalami penganiayaan.
Sejak masa ketika Muhammad berusaha membawa orang-orang Yahudi dan Kristen kepada Islam, ada banyak ayat yang positif di dalam Al-Qur'an, yang bisa digunakan untuk menunjukkan kepada orang Muslim bahwa Muhammad sendiri menegaskan kesempurnaan Alkitab.
Kita menemukan beberapa ayat yang demikian di Surat al-Ma'ida. Orang-orang Yahudi di Medinah menggoda Muhammad, walikota sekaligus hakim di kota itu, untuk menghakimi sebuah kasus perzinahan yang sangat sulit yang terjadi di daerah itu. Tetapi Muhammad, yang tidak bisa membaca sendiri Taurat, merasa ada jebakan yang sedang menantinya yang bisa membuatnya menjadi nampak bodoh atau bahkan memungkinkan dia menjadi sasaran pembalasan dendam dari sebuah kaum tertentu (Surat al-Ma'ida 5:42). Karena itu ia mengembalikan kasus itu kepada para pemimpin Yahudi, dengan alasan yang menarik dan cukup tepat (Surat al-Ma'ida 5:43-45):
43 Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu (Muhammad) menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang didalamnya (ada) hukum Allah, kemudian mereka berpaling sesudah itu (dari putusanmu)? Dan mereka sungguh-sungguh bukan orang yang beriman.
44 Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang mene-rangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
45 Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.

Ayat-ayat yang penting ini adalah alasan mengapa orang-orang Yahudi tidak dapat dipaksa untuk menjadi seorang Muslim di dalam sebuah negara Islam! Mereka diijinkan untuk menghakimi masalah mereka sendiri berdasarkan hukum ilahi mereka sendiri. Alasan penting untuk prinsip hukum ini bisa ditemukan di dalam kesaksian Muhammad, yang mengakui di dalam tulisan Al-Qur'annya bahwa pada masa hidupnya hukum Perjanjian Lama yang tertulis di dalam Taurat memang sungguh-sungguh ada. Ia sendiri juga menegaskan bahwa ada petunjuk dan cahaya di dalam Taurat, dan juga bahwa ada penghakiman yang mencakup hukum dan hikmat, petunjuk dan rahmat. Ayat-ayat Al-Qur'an ini memiliki arti bahwa Allah menuntun orang-orang Yahudi dengan benar dan tidak membawa mereka kepada kesesatan. Mereka mendapatkan hak istimewa dan menikmati pilihan yang positif dari Allah, karena mereka memiliki buku yang diwahyukan oleh Allah. Mengapa kemudian orang Muslim berani menyatakan bahwa Taurat sudah dipalsukan?
Pengecualian untuk tunduk kepada Islam juga secara legal diterapkan bagi orang-orang Kristen:
46 Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.
47 Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (Surat al-Ma'ida 5:46-47).

Orang-orang Kristen yang hidup di negara-negara Islam harus menghafalkan kedua ayat di atas, karena keduanya menuliskan mengenai hak mereka untuk tetap menjadi orang Kristen. Tidak ada seorangpun yang secara legal bisa ditarik untuk menjadi Muslim.
Dasar dari hak pengecualian ini adalah karena Allah mengutus Isa untuk menegaskan kebenaran Taurat sebagai tanggungjawab terbesarnya (Matius 5:17-18). Ayat ini juga menyatakan bahwa di dalam Al-Qur'an Injil juga dianggap wahyu ilahi, yang disampaikan secara verbal yang mengandung petunjuk dan cahaya. Juga, kita membaca bahwa Injil yang diajarkan Kristus juga menegaskan Taurat di dalamnya.

Orang-orang Kristen di dalam ayat Al-Qur'an yang unik ini disebut sebagai umat Injil karena mereka sering mengutip dan membicarakan tentang Injil kepada Muhammad dan orang Muslim, dan berusaha untuk mempraktekkannya. Gelar kehormatan ini muncul hanya di dalam Surat ini dan menyebutkan orang-orang Kristen sebagai “Injil yang berjalan.”
Di dalam Surat yang sama (5:48) Muhammad membiarkan Allah menyatakan sebuah ayat khusus kepadanya:
48 Dan Kami telah turunkan kepadamu (Muhammad) Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya).

Orang Muslim percaya akan adanya sebuah kitab yang asli di surga, ibu dari semua kitab ilahi, yang darinya semua nabi menerima beberapa halaman. Dengan ayat ini Muhammad membiarkan Allah mengatakan bahwa Al-Qur'an menegaskan kebenaran Taurat dan Injil pada jaman Muhammad, dan bahwa Dia, Allah sendiri, menjaga firman-Nya sehingga tidak ada seorangpun yang bisa memalsukannya. Mungkinkah Allah tertidur ketika orang-orang Yahudi dan Kristen memalsukan Alkitab, seperti yang dikatakan oleh orang Muslim? Allah akan membuktikan bahwa orang-orang yang memiliki kecurigaan yang demikian adalah pendusta.
Di dalam Surat yang sama (5:68) Muhammad hampir tampil sebagai seorang “penginjil.” Ia menjadi marah ketika melihat bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen tidak percaya kepadanya dan beberapa di antara mereka tidak hidup seturut dengan perintah di dalam kitab mereka:
68 Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu".

Di dalam ayat ini Muhammad menantang orang-orang Yahudi dan Kristen untuk mempelajari Taurat dan Injil dan menjalani kehidupan sesuai dengannya, untuk membuat rancangan dan menghukum sesuai dengan kitab mereka itu. Muhammad pada saat itu masih percaya bahwa semua kitab surgawi berasal dari sumber yang sama dan saling melengkapi. Ia tidak pernah berpikir bahwa Taurat dan Injil sudah dipalsukan; justru, ia memerintahkan umat dari kitab itu untuk melakukan semuanya itu di dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Seorang penginjil di Yordania menggunakan ayat ini, mengambil Alkitab dan mengangkatnya dengan tangan kanannya, dan berseru, sambil berjalan kesana kemari di sekitar gerbong-gerbong yang penuh dengan orang yang akan naik haji di peron Ma’an, “Tidaklah kamu berada di atas sesuatu (kebenaran) hingga kamu menegakkan (ajaran-ajaran) Taurat, Injil!” Penginjil itu menghilangkan kata-kata awal dan bagian akhir kalimat ayat itu dan mengundang agar orang-orang itu membeli Injil darinya. Tidak ada yang marah kepadanya karena ia memang mengatakan sebuah ayat ilahi yang tercatat di dalam Al-Qur'an!

Di dalam Al-Qur'an ada dua ayat lagi yang dapat menolong, tetapi jangan terlalu sering dipakai. Dalam Surat Yunus 10:94 Allah memerintahkan kepada Muhammad:
94 Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.

Muhammad menyelidiki kebenaran alkitabiah dari orang-orang Yahudi dan Kristen, menghafalkan berita yang disampaikan secara lisan itu di dalam ingatannya, menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab yang baik dan mengulangi semuanya beberapa saat kemudian ketika ia dalam keadaan tidak sadar. Seringkali ia mengucapkan apa yang pernah didengarnya tetapi ia tidak bisa mengingat arti yang tepat dari kata-kata dan kalimat yang diucapkannya. Ia tidak menemukan jalan lain kecuali membiarkan Allah memerintahkan kepadanya untuk bertanya tentang semuanya itu kepada orang-orang yang memberitahukan tentang ayat-ayat Alkitab itu kepadanya, apa sebenarnya arti dari ucapan-ucapan yang dikatakannya. Bagaimana bisa orang Muslim mengatakan kalau Alkitab dipalsukan, kalau Allah dan Al-Qur'an memerintahkan Muhammad untuk kembali kepada orang-orang Yahudi dan Kristen agar mereka menjelaskan arti Al-Qur'an kepadanya, karena mereka itu sudah membaca kitab itu di hadapannya? Kita tidak boleh menjelaskan sendiri isi dari ayat ini kepada orang Muslim, tetapi menanyakan artinya kepada mereka apa arti yang sebenarnya sampai mereka mengerti dan mengakui apa sebenarnya makna yang ada di dalam ayat ini.

Dalam Surat al-Nahl 16:43 kalimat yang hampir mirip dikatakan kepada semua Muslim. Allah dipercaya mendiktekan ayat ini kepada Muhammad:
43 Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (tentang nabi dan kitab) jika kamu tidak mengetahui.

Muhammad mendorong orang Muslim untuk pergi kepada orang-orang Yahudi dan Kristen kalau mereka merasa ragu atas salah satu bagian dari Al-Qur'an, dan bertanya kepada mereka tentang Allah dan perintah-perintah-Nya. Tetapi Muhammad tidak menyuruh mereka pergi kepada sembarang orang Kristen atau Yahudi, tetapi hanya kepada mereka yang bisa mengucapkan wahyu di dalam Taurat dan Injil kata demi kata dari penghafalan.
Siapa pun yang ingin melayani di antara orang Muslim sebagai hamba Tuhan harus mempelajari bagian-bagian penting dari Alkitab di dalam bahasa mereka dengan menghafalkannya, termasuk nomor dari pasal-pasal dan ayat-ayat. Muhammad sendiri menyuruh orang Muslim pergi hanya kepada mereka yang bisa menyebutkan firman Allah tanpa membuka kitab itu.

Ada ayat-ayat yang lain di mana Al-Qur'an menegaskan kebenaran isi Alkitab. Kami ingin mengutip satu lagi wahyu Allah di dalam Al-Qur'an:
27 Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. (Surat al-Hadid 57:27).

Muhammad menyaksikan beberapa kali bahwa orang-orang Kristen adalah yang paling bersahabat di antara orang-orang yang bukan Muslim, karena mereka memiliki perasaan santun dan kasih sayang kepada mereka. Pengalaman Muhammad ini terjadi ketika ia dengan keras teraniaya di Mekkah. Ia mengajak 83 orang Muslim untuk melarikan diri ke Ethiopia untuk mencari suaka. Mereka tidak dijadikan budak di sana tetapi justru menerima pertolongan dan kebebasan. Muhammad bertanya kepada dirinya sendiri bagaimana hal seperti ini bisa terjadi. Ia menemukan bahwa Allah sudah mewahyukan Injil kepada Isa dan menaruh belas kasihan, kasih sayang dan rasa iba dari Injil itu ke dalam hati orang-orang yang mengikuti Kristus dengan setia.
Muhammad mengakui ada yang luar biasa di dalam kehidupan orang-orang Kristen, tetapi tidak mengerti faktor apa yang membuat mereka menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi dan bahkan mau melayani dengan baik bahkan juga kepada musuh-musuh mereka. Jawabannya tertulis di dalam Roma 5:5b, di mana Paulus mengatakan: karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Muhammad tidak mengerti tentang hakekat Roh Kudus, tetapi ia bisa melihat buah-buah itu di dalam kehidupan para pengikut Yesus Kristus.
Ayat ini menunjukkan cara yang paling baik untuk menjelaskan kepada orang Muslim bahwa Alkitab tidaklah dipalsukan. Metode yang paling efektif tidak lain berupa belas kasihan dan kasih sayang bahkan kepada para musuh salib. Dengan kehidupan, doa, kesaksian dan pelayanan, kita bisa menjadi pemacu agar orang Muslim bisa mengakui bahwa Alkitab itu memang asli dan berkuasa. Kita semua membawa tanggungjawab yang sangat besar ini.

5. Kesaksian pengalaman orang Kristen!
Petrus mengakui: Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah (Yohanes 6:69; Matius 16:16). Kemudian, Petrus menguatkan kesaksiannya di dalam suratnya yang pertama: Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal (1 Petrus 1:23; Yohanes 1:13; 3:5).

Yakous, saudara Tuhan Yesus, mengkonfirmasikan pengalaman ini, dengan menuliskan: Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya (Yakobus 1:18).

Yohanes, yang termuda di antara para murid, memberi kesaksian: Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup – itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus (1 Yohanes 1:1-3).

Paulus menghilangkan segala ketidakpastian dengan mengatakan: Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani (Roma 1:16).
Penulis dari surat Ibrani mengatakan kepada kita: Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibrani 4:12).

_SELAMAT PASKAH SOBAT KRISTUS_

Post by: Donny Sukma
Chinatsu Hayasida Mainsite
FORUM MURTADIN INDONESIA
Muslims for Christمسلمون للمسيح